Jika Kasmaran Mabuk Sahwat



Pipiet Senja 

Jika Kasmaran Mabuk Sahwat

“Sialaaan! Ada orang tuh, Laloan!”

“Siapa lo?! Woooi, pergiii!”

“Ssshhh, berisik, tauuuk! Entar makin heboh!”

Raja berdiri mematung sekitar tiga meter dari rumah-rumahan mungil itu. Seorang cewek, tidak, ada temannya, dan dia seorang cowok!

“Jangan-jangan Tante lo jadi pulang, ya La?”

“Iya ya…Hhh, sialan banget!”

“Gimana nih? Terang-terangan apa bekstriiit?”

“Gila lo, Jer! Mo dihansipin apa sama si tua bangka sialan itu?”

“Trus?”

“Cepetan pake bajunya. Sana lewat jalan rahasia tadi. Awas jangan sampe keliatan!”

“Oke, oke… Nanggung banget sih!”

“Jangan banyak omong lagi, sanaaa!”

“Iya, iya, bentaran ngapa…”

“Dah Jerry: Luv U!”

Raja masih mematung dan terpana hebat.

Dua monyet ini lebih hewani daripada monyet sungguhan. Setidaknya monyet di kandang itu sendirian. Namun lihat, dua monyet ini!

Nah, yang satu jenis betina sukses menyambar baju renangnya, langsung loncat ke kolam renang. Satunya lagi jenis jantan cuma pake celana kutung, telanjang dada, menyambar kaosnya dan lari terbirit-birit. Mulutnya heboh menyerapah.

Woooi! Menggelikan sekaligus menjijikkan!

Bhuuuss! Ups, si jantan itu keluar lewat pintu anjing?

Tiba-tiba terdengar jerit histeris berlagak ketakutan dari si betina yang baru keluar dari kolam renang.

“Mbak Miiin! Pak Tooo! Ada oraaang! Tolooong!”

Raja tersentak. Tahu-tahu si tengil itu sudah berdiri di depan hidungnya.

 Berbasah-basahan dengan bikininya yang nyaris bugil!

Raja merasakan dadanya bergemuruh meskipun hanya menatap sekilas, sekilas, sumpeeee deh!

“Iya, iya Noon…. Dari tadi juga kedengeran!” balas seorang perempuan dari arah dapur. “Oh, ini, ini…, siapa yaaa?” Gadis yang dipanggil Mbak Min itu tertegun.

Matanya yang hitam mengamati Raja, keheranan sekaligus takjub.

“Oala, guanteng tenan bocah iki! Permadi nyasar opo rek?” gumamnya membatin.

Raja menarik pandangannya dari cewek entah apanya si Tante Girgir itu. Balik matanya mengamati cewek lugu sebayanya. Dia mengenakan daster atas-bawah, lehernya hitam malah kelihatan jelek.

Kepingin sekali dia bilang:”Ngapain sih Mbak pake baju seksi begitu? Nantangin dilecehin majikan apa?”

“Elo tuh pembokat belagu, tauuuk! Kerjanya pacaran melulu sama pembokat sebelah aja! Jagain rumah yang bener!” sergahnya galak.


“Maaf Non, maaf…”

Seorang lelaki begeng tergopoh-gopoh bergabung. Maksudnya kepingin meringkus si penyusup.  begitu dipelototi

Raja dengan sikap siaga-balik menyerang, nyalinya kontan ciut.

“Eeeh, eeh…?” cetusnya mennggeregap, kikuk.

“Apa lo liat-liat?” sergah Raja membuatnya surut beberapa langkah.

“Nih anak fotokopian babenya banget, ya,” pikir Pak To.

“Aku tau banyak tentang elo! Jadi, elo jangan banyak omong soal barusan, ya! Awaaasss!” Laloan kontan menghardik, galak. Dia baru teringat lagi cerita tantenya tentang anak laki-laki ini.

Raja merasakan tubuhnya seketika membeku. Suara galak sarat ancaman dan teror sekejap mendesir di kupingnya.

Sementara Mbak Min dan Pak To tercengang-cengang, rikuh dan serba salah.

“Ada apa ini? Bah! Datang-datang sudah heboh pula.” Lelaki itu muncul diiringi istri mudanya dan rengekan si kucing kecil.

“Ini Om…”

“Min, panggil apa kamu sama Bapak?” tegur induk di kucing kecil.

Tangannya masih menenteng kantong-kantong besar. Semuanya keperluan Raja yang dibeli di Mal dalam perjalanan.

“Maaf…Tadi itu begini to…Non lagi kecipak-kecibung, tahu-tahu dia nyasar ke sini. Ini siapanya Om, eh, Bapak?”

“Aha! Jadi, ini ya tampangnya….” Laloan menjetrekkan jari-jarinya, berlagak surprise.

Sedangkan bibirnya yang basah tersenyum melecehkan.

Raja berdiri kian membeku.

“Kamu yang namanya si Ucok, ya kaaan?Tante aku suka ngebanggain elo mulu tuh!”

“Namaku Raja, tauk!” sergah Raja dingin.

“Apa Raa-jaaa?!” Laloan sengaja memplesetkannya.

“Ra-jaaa!” Raja mengeja namanya dengan sebal.

Tapi Laloan tak peduli melanjutkan, “Tampang ngudik aja kok kepingin jadi Raja? Pantesnya elo tuh jadi Raja, mm, yeah, Raja Gukguk kali ya? Hahaha…!”

“Laloan…., sopan sedikit dong, Sweety,” tegur tantenya.

“Tante Ria, kudunya dia yang diomelin bukan Lala. Main selonong boy aja ke rumah orang! Apa gak diajari sopan-santun sama ortunya?”

“Non, ini dipake dulu,” Mbak Min baru ingat menyodorkan penutup aurat majikan mudanya.

“Ugh, ganggu aja lo!” Laloan mengibaskan tangannya kasar.

“Sweety, benar kata Mbak Min itu,” Maria berlagak risih.

Tak urung Laloan menyambar dan melilitkan jas mandi pink itu di pinggulnya yang sintal berisi. Raja jengah dan muak melihat tingkah laku si tengil.

Namun, saat dia akan bergerak, seketika tangannya dicekal kuat-kuat. “Papa?” serunya tertahan.

“Minta maaflah kau!”

Raja mengerutkan dahinya.

“Apaaa?!”

“Apa harus Papa ulang? Karena tingkah kau yang tak tahu sopan santun itu, minta maaflah kau!”

Raja seketika tersenyum dingin. Hmm, di depan keluarga baru rupanya dia harus jaga imej. Sok gentleman, sok mengalah? Bagus!

“Apa susahnya sih? Okelah!” tiba-tiba Raja menjura dengan gaya pendekar silat dari daratan Cina, Wong Fei Hung di hadapan si tengil.

“Harap sudilah Nona muda memaafkan hamba yang sudah memergoki kalian main rumah-rumahan…”

“Raja, apa maksud omonganmu?” Ayahnya memelototi.

“Tanyakan sendiri sama Nona Muda yang doyan main rumahan dengan cowok…. Puas kan?”

Raja ngeloyor, meninggalkan orang-orang itu saling pandang, mereka-reka sendiri makna ucapannya. Wajah Laloan memucat ketika disadarinya tantenya mendelik curiga ke arahnya.

Sialan banget sih bocah udik itu, rutuknya dalam hati.

“Ikut Tante, Laloan Somba!” perintah tantenya tak bisa dibantah.

Laloan terpaksa mengintil di belakangnya. Tapi mulutnya yang mengerucut sinis sempat dimonyongkan ke arah suami tantenya. Seakan-akan dia ingin mengisyaratkan bahwa keberadaan mereka, ayah dan anak, di rumah itu hanyalah menumpang. Tak punya kuasa apapun!

“Pecundang menyedihkan!” desisnya mendesir dan terdengar oleh suami baru tantenya.

Laloan menunggu, tapi lelaki itu sama sekali tak bereaksi. Hatinya mulai membatu sejak mengambil keputusan itu. Sebuah keputusan yang dianggap terbaik oleh para orang tua. Tanpa memedulikan ada luka yang menoreh di hati anak-anak.

@@@

0 Komentar

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama