Epilog Pipiet Senja: Cahaya di Langit Baduy



Cahaya di Langit Baduy
(Pipiet Senja)



Cikapek, 15 Juli 2019
Kami, Ustadz Hilal Achmad, Maulana Amaududi, Nik Azizah, Ranus Syaputra dan saya, menuju Cikapek. Tepatnya pukul 09.00, berangkat dari kantor Yayasan Askar Kauny.
“Penasaran seperti apa Pak Haji Adung itu,” cetus saya.
“Sosok bersahaja, tawadhu dan sangat cinta Alquran. Pokoknya beliau seorang Bapak luar biasa buat para santrinya,” jelas Maulana Almaududi.
Sepanjang perjalanan saya mencoba mengorek keterangan anak muda, Guru Ngaji Askar Kauny yang ditugaskan ke pedalaman Banten.
“Beliau baik sekali, pengabdiannya kepada anak-anak terutama, luar biasa. Warga dari pedalaman Baduy yang telah memeluk Islam, dibina dan dibimbingnya dengan seluruh semangat dan dedikasi yang tinggi.”
Banyak lagi kisahnya, termasuk keikhlasannya membangun rumah tinggal untuk Maulana dan istri. Masih secuil kisah Sang Murobi di kawasan Baduy itu. Begitu pikiran saya, sehingga kian penasaran. Ingin jumpa langsung dengan Pak Haji Adung.
Setelah melalui perjalanan yang lumayan jauh, sempat nyasar pula, akhirnya sampailah kami di Cikapek. Ranus Syaputra, sang sopir asli Palembang entah mengapa membuat titik yang keliru di Maps. Bukan Cikapek melainkan Cikeuyeup. Lama juga baru disadari oleh Maulana Almaududi, bahwa kami telah nyasar melenceng jauh dari tujuan semula.
Kendaraan diparkir di daratan agak tinggi. Ada tiga bangunan semacam joglo, terbuat dari tiang-tiang bambu dan dinding anyaman juga dari bambu. Sekilas saja kita sudah bisa menarik kesimpulan. Situasinya sama sekali tidak seperti pondok pesantren.
Setelah sholat Zuhur, menanti beberapa saat, muncul jua sosok pemilik pondok pesantren, entah apa namanya.
“Silakan, silakan kita duduk di sini saja,” ujar lelaki paro baya berbadan sedang dengan sepasang mata elang itu, ramah dan sopan sekali. “Yah, beginilah keadaannya….”
Sosok yang sangat bersahaja itu, Haji Adung. Ia pun menuturkan jalan dakwah sepanjang hayatnya. Ia mengaku datang ke kawasan Cikapek, tak jauh dari pedalamam Baduy 16 tahun yang silam, tepatnya 1993.
“Begitu sampai di kawasan sini, seketika timbul cita-cita dan semangat. Pokoknya harus buka pesantren untuk warga sekitar sini. Rasanya miris lihat warga mualaf, mantan warga Baduy Dalam. Kehidupan mereka sangat sulit. Mereka sudah mengorbankan segalanya demi memeluk Islam. Tetapi nyaris tak ada yang membela mereka,” tuturnya terdengar memendam kepiluan yang mendalam.
Bersama istri solehah, Haji Adung pun berjuang membangun tempat tinggal untuk syiar dakwahnya. Saat itu ia menumpang kepada seorang warga untuk membangun pondok. Selama setahun ia mengajar anak-anak di sekitar desa itu. Kemudian pemilik tanah menjual tanahnya, termasuk bagian yang ditempati Haji Adung.
Tidak patah semangat, ia pun mencari lahan lain untuk pondoknya yang baru. Ia tak memiliki dana tak punya apapun selain semangat dakwah yang senantiasa menggelora dalam jiwa dan raganya.
“Satu hari ada seorang warga yang menawarkan tanahnya. Saya bilang, mau sekali hanya dananya tidak ada. Orang soleh itu menegaskan, silakan saja dibayar nanti kalau sudah ada dananya. Ya Allah, luar biasa satu keajaiban sudah datang. Saya mendatangi guru di Jakarta, seorang Habib. Berkeluh-kesahlah ceritanya. Habib bilang, sabar dan tawakal, banyaklah berdoa. Memohon langsung kepada sang Pemberi.”
Ternyata dengan semesta doa yang dilakukannya, keajaiban demi keajaiban pun berdatangan. Hari itu, ia kedatangan seorang tamu, tepatnya seperti Malaikat. Ia pembawa rezeki-Nya, menyumbangkan dana sebanyak 40 juta. Dengan sumbangan itulah Haji Adung mulai membangun gubuk-gubuk bersahaja. Berawal dengan ukuran 20 kali 20 meter.
“Bangunannya terbuat dari bambu, terbuka tanpa dinding beginilah. Kalau musim hujan, kenalah kita semua,” ujarnya sambil tertawa pahit.
Dari waktu ke waktu santri berdatangan, mengaji kepada Haji Adung dan istri. Tahun demi tahun pun berlalu. Banyak santri, banyak rezeki, ternyata ada juga yang tidak menyukai kiprahnya.
Fitnah pun berseliweran di sekitar Haji Adung. Mulailah difitnah sebagai aliran sesat, teroris, sampai dituduh punya hubungan dengan luar negeri. Karena ia mendapatkan donasi dari Arab Saudi untuk membangun musholah.
Haji Adung terus berjuang, menyebarkan dakwah Islam, membumikan Alquran di kawasan Cikapek.
“Kami tentu saja membutuhkan Guru Ngaji yang bersedia mengabdi di sini. Saya berharap, agar Alquran kembali di hati ummat,” pungkasnya mengakhiri perbincangan kami siang menjelang petang itu.
Beberapa anak kecil menyalami Haji Adung dengan riang gembira.
“Nah, ini anak dari keluarga Baduy. Salam, Nak, salam sama Bu Haji….”
Seraya menyalami anak-anak yang pamitan, seketika terasa ada yang merembes jauh di lubuk hati ini. Betapa semangatnya anak-anak belajar Alquran, memperdalam Islam dari Haji Adung yang berdakwah dengan ikhlas, lillahitaala.  Ya, semua yang dilakukannya karena mencari ridha Allah semata.
Meninggalkan kawasan pondok-pondok bambu petang itu, ada banyak pelajaran yang kami dapatkan. Keteguhan, ketawakalan dan keikhlasan yang dipersembahkan Haji Adung. Sungguh perjuangan panjang yang indah dan penuh keberkahan.
Tampak cahaya Ilahi menyebar di langit Baduy, Semoga rezeki-Nya mengalir dari para donatur melalui Askar Kauny untuk mewujudkan harapan Haji Adung.
@@@



Catatan
_"Inilah kumpulan kisah inspirasi, perjuangan dakwah para Guru Ngaji Askar Kauny. Mereka para pejuang Alquran dari pelosok Tanah Air. Acapkali tanpa sadar airmata merembes saat menyuntingnya. Sungguh sebuah buku dakwah yang sangat indah dan mengharu biru kalbu. Layak dimiliki dan dipatri dalam hati kita semesta kata di dalamnya."_
(Pipiet Senja, Sastrawati Indonesia)

*Lentera untuk Negeri, Untaian Cinta dan Perjuangan Para Guru Ngaji Kauny* berisi 34 kisah menggugah hati. Napak tilas perjuangan dakwah para penyebar Kalam Ilahi dalam mengemban misi mulia.

*Harga ~Rp 100 ribu~!_*
*Diskon 10% selama masa PO 6-17 Agustus 2019!*
*Menjadi Rp 90 ribu*
 (belum termasuk ongkos kirim)
Pembayaran melalui Rek.  Askar Kauny:
BCA 0953911121
Cantumkan kode transaksi xxx di akhir nominal transaksi.
Contoh : Rp 100.0×××
*Pesan sekarang juga!"
Hubungi : 08111581956

Membeli buku ini, berarti Anda turut serta dalam perjuangan Guru Ngaji Askar Kauny yang saat ini berkhidmat mengajar dan mensyiarkan Alquran di pelosok Negeri.
#LenteraUntukNegeri
#GuruNgajiAskarKauny
#AskarKauny
Askar Kauny | Menebar Ilmu Berbagi Manfaat
FB | t | ig | Tele | @AskarKauny
087877221200


0 Komentar

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama