Kabul Budiono Bilang: Pipiet Senja: Teroris?!






Pipiet Senja adalah seorang perempuan yang berprofesi sebagai penulis novel dan cerita pendek dan memulai kiprahnya sejak masih remaja. Profesi itu terus digelutinya sampai kini, ketika ia sudah menyandang predikat sebagai nenek saat usianya sudah masuk paruh baya.

Selain menulis untuk dirinya sendiri ia juga membagi kemampuannya pada orang lain, utamanya mereka yang menjadi BMI – Buruh Migran Indonesia atau TKW. Karenanya bagaimana mungkin ia menjadi teroris?

Sejatinya, ia tidak pernah menjadi teroris yang menebarkan suasana teror, ketakutan apalagi mengancam kehidupan orang lain. Ditengah terjangan thalasemia yang setia menyertainya sejak masih remaja, ia tetap setia pada profesinya. Bahkan dalam sepuluh  tahun terakhir, ia rajin menerbarkan kemampuannnya itu pada sesama perempuan lainnya – khususnya mereka yang menyandang predikat TKW.

Ia sibuk menebarkan virus menulis pada mereka yang lebih suka disebutnya dengan BMI – Buruh Migran Indonesia. Sebutan teroris itu diperolehnya ketika ia pulang dari Hongkong sehabis mengadakan pelatihan menulis untuk BMI. Pengalaman mengesankan itu ia tuliskan dan dapat dibaca pada salah satu bagian tulisan pada buku yang diberinya judul Orang Bilang Aku Teroris.

Judul buku itu mencerminkan pengalaman pribadinya ketika berada di Bandara Soekarno Hatta dan menghadapi pemeriksaan petugas imigrasi dan bea cukai. Lantaran ia sering mondar mandir keluar masuk bandara ia dicurigai sebagai teroris. Namun Pipit Senja sendiri secara eksplisit memang sempat menyebut dirinya sebagai ‘tukang teror’ sebagaimana  ditulisnya pada halaman 149 bukunya: “Hmm, kembali melanjutkan perjalanan dengan segar dan semangat juang ’45, eh, tepatnya semangat Tukang Teror Penyebar Virus Menulis…."

Penulis  kelahiran Sumedang ini tidak pula sakit hati dicurigai sebagai teroris. Ia pun tak kecil hati ketika sepulang dari Mesir setelah menjadi pembicara yang diselenggarakan Kedubes RI di Kairo,  di bandara Cengkareng     hendak digiring ke terminal 3 yang merupakan terminal khusus TKW. Lantaran penampilannya petugas BNP2TKI mengira ia adalah TKW.

Pun tak sedih ketika seorang mahasiswi dan panitia seminar di UI mengiranya mpok mpok penjual gado-gado padahal ialah pembicara seminar yang mereka undang. Dalam bukunya ini ia malah menulis bahwa anggapan orang orang pada dirinya itu dijadikan bahan instrospeksi. Pada halaman 449 ia menulis begini .

“Daku malah jadi instrospeksi diri. Mengapa bisa  demikian ? Yang jelas karena penampilanku, busanaku yang mendukung sebagai TKW, atau babu cuci, tukang jualan en soon itu. Nah, salah siapa coba ? Salah sendirilah “.

Membaca Orang Bilang Aku Teroris – setidaknya bagi saya – sungguh menumbuhkan pemahaman mengenai siapa dan bagaimana Pipit Senja. Buku yang berisi memoar atau catatan perjalanan hidupnya – walau bukan pula otobirografi – dapat menggambarkan perjalanan hidupnya sejak ketika masih remaja dan memulai menulis novel perdananya sampai keberadaannya kini yang sudah menjadi seorang nenek berkat kehadiran cucu yang disayanginya.

Selain mengungkap perjalanan karirnya sebagai penulis, buku yang satu ini juga menyingkap kedekatannya dengan Butet dan Haikal anaknya.

Buku yang terbit tahun 2012 ini terdiri dari lima bagian  yaitu Menyebar Virus Menulis, Inilah Dapurku, Aku dan Sahabat, Karya dan Resensi, serta Anekdot. Pada bagian pertama ia menuturkan pengalaman hidupnya ketika mesti rela menjadi pelayan toko demi dapat diterbikannya novel perdana yang berjudul Biru Yang Biru.

Ia juga mencatat kegalauan hatinya ketika novel agamis yang berjudul Demi Kasih PadaMu dipelintir judulnya oleh sebuah majalah yang menerbitkannya secara bersambung. Judul itu berubah menjadi Gelinjang Cinta Dara Dara.

Saya mengenal Pipiet Senja – semula karena membaca tulisannya di Kompasiana sebab Teh Pipiet adalah penulis tamu di blog sosial ini bersama beberapa lainnya antaralain Linda Jalil. Perkenalan saya lebih lanjut adalah karena penulis senior ini ikhlas menjadi pembincang cerita pendek karya TKW dan mahasiswa Indonesia di luar negeri yang mengirim karyanya ke acara Bilik Sastra Voice of Indonesia RRI World Service yang mengudara sejak 11 Januari 2011. Teh Pipiet secara konsisten senantiasa menjadi pembincang cerpen. Di manapun ia berada selalu saja siap dihubungi melalui telepon agar dapat hadir dalam acara Bilik Sastra.

Di sela sela membaca lembar- lembar buku OBAT, saya pun sempat terkekeh kekeh sendirian demi membaca bagian bagian yang diwarnai dengan kelucuan. Pipiet, dengan ciri khasnya, tetap saja bisa berseloroh dalam melukiskan kepedihan dan kegalauan hatinya saat menghadapi cobaan hati. Ia pun tak lupa menyisipkan istilah istilah bahasa Sunda dan bahasa ABG – dalam beberapa tulisannya.

Orang Bilang Aku Teroris  adalah buku yang patut dibaca khususnya oleh generasi muda wabil khusus yang bercita cita jadi penulis agar dapat memperoleh insprirasi dan termotivasi dalam mewujudkan impian dan cita cintanya.

Bayangkan, di sela sela kesibukan kesehariannya, digerus thalasemia yang membuat ia harus menjadi drakula alias ditransfusi sebulan sekali, perempuan kelahiran 56 tahun itu tetap bersemangat dan pantang  putus asa.

Sedikitnya 105 judul buku sudah diterbitkan, salah satunya adalah novel Jejak Cinta Sevilla. Ia tidak hanya menulis tetapi juga bergiat menjadi guru menulis. Pun jaringannya begitu luas antaralain berkat adaptasinya pada teknologi informasi dan internet. Jika pada awalnya ia cuma kenal dan mengandalkan si Denok – mesin tik antiknya- kini ia menjelajah dunianya antaralain dengan menggunakan jejaring sosial.

Rupanya pada kelanjutan usianya ini, dalam terpaan thalasemia yang tak berkesudahan, Pipiet Senja nampaknya  akan terus meneror siapapun yang suka membaca dan ingin menajdi penulis dengan karyanya serta  menebarkan virus menulis.

Salam
Kabul Budiono



Balas
 Febby Deka

Pipiet Senja
24 July 2012 10:23:57
Kompasianeeerrr hehehe…lah iyalah!

Pipiet Senja
24 July 2012 10:25:49
Pak kabul yang baik; terimakasih telah meresensi buku saya,naah; mana kover bukunya yaaaa?
Kritisi sedikit; saya bukan penulis tamu seperti Linda Djalil. Saya mah penulis biasa saja, seperti Anda dan lain-lainnya.
Pokoke; haturnuhun pisan ya, Pak Kabul: ayo, kita bukukan karya Anda juga kumpulan cerpen BMI yang pernah saya bicang di Bilik Sastra. Hayuuuuuu; menuliiiiissss!


23 July 2012 16:24:18
@ mbak Feby, belum baca tulisan pa Kabul ini sampai selesai, ya?
Laporkan Komentar

0

Balas
 Ramli Hasibuan
24 July 2012 09:46:34
Iya mbak. Penulis tamu di Kompasiana..
Laporkan Komentar

0

Balas
 Mkabulbudiono-rri
23 July 2012 16:22:16
Saya pernah membaca bukunya. Tapi saya lupa judulnya. Kisahnya berkisar tentang seseorang yang sedang berjuang di luar negeri yang meninggalkan kehidupan glamournya di luar negeri, tapi kesuksesannya berjuang untuk hidup membuat dia kembali kejalan yang benar.
Laporkan Komentar

0

Balas
 Ramli Hasibuan

Pipiet Senja
24 July 2012 10:27:25
Novel Jurang Keadilan ya Mas….
Saya, insya Allah tak pernah lupa dengan judul buku yang pernah saya tulis, begitu sekilas orang mengisahkan kembali, alhamdulillah saya akan mengingatnya…
Buku, karya bagi saya seperti sebagai anak kandung…
24 July 2012 09:53:38
Bung Ramli, buku dan cerpen serta tulisannya memang begitu banyak. wajar kalau sampai lupa judulnya. Salam
Laporkan Komentar

0

Balas
 Mkabulbudiono-rri
24 July 2012 06:58:48
kagum sama beliau…
Laporkan Komentar

0

Balas
 Eliyani
24 July 2012 09:54:06
Mudah mudahan dapat menjadi salah satu tauladan ya. Salam
Laporkan Komentar

0

Balas
 Mkabulbudiono-rri
24 July 2012 07:02:42
Ya luar biasa konsistensinya. Salut.
Laporkan Komentar

0

Balas
 Sutomo Paguci
24 July 2012 09:54:24
Ya setuju.
Laporkan Komentar

0

Balas
 Mkabulbudiono-rri
24 July 2012 07:35:11
saya pernah ketemu sama beliau. dan semangatnya wow luar biasa
Laporkan Komentar

1

Balas
 Pringadi Abdi Surya
24 July 2012 07:02:42
Ya luar biasa konsistensinya. Salut.
Laporkan Komentar

0

Balas
 Sutomo Paguci
24 July 2012 09:54:24
Ya setuju.
Laporkan Komentar

0

Balas
 Mkabulbudiono-rri
24 July 2012 07:35:11
saya pernah ketemu sama beliau. dan semangatnya wow luar biasa
Laporkan Komentar

1

Balas
 Pringadi Abdi Surya
24 July 2012 08:10:08
Teh pipit sangat ramah di twitter
Laporkan Komentar

1

Balas
 Dzulfikar
24 July 2012 08:16:14
Saya ngga menyangka beliau ada sakit thalasemia. Semoga sehat selalu
Laporkan Komentar

0

Balas
 Ana Dewi
24 July 2012 09:54:57
Amiiiin. Terima kasih atensinya
Laporkan Komentar

0

Balas
 Mkabulbudiono-rri
24 July 2012 08:18:02
bu pipet memang hebat..
pede-nya itu luar biasa..
walau sudah menjadi seleb penulis penampilan tetap bersahaja..
Laporkan Komentar

1

Balas
 Nome Abi Wanasah
24 July 2012 09:55:56
betul Bung
Laporkan Komentar

0

Balas
 Mkabulbudiono-rri
24 July 2012 08:29:47
semoga kita semua juga bisa konsisten menulis seperti beliau..
Laporkan Komentar

1

Balas
 Syaiha
24 July 2012 09:56:11
Amiiiin
Laporkan Komentar

0

Balas
 Mkabulbudiono-rri
24 July 2012 08:29:55
Ternyata masih banyak orang yang menilai sebuah buku from its cover ! Makanya kalau Penipu itu penampilan dan ngomongnya keren2. Bu Pipiet, rubah penampilan dong…tidak dosa..kan?
Laporkan Komentar

0

Balas
 C Surtiwa
24 July 2012 08:59:05
saya juga kagum pak Kabul Budiono,,,hehehe…dulu semasa masih SD sering denger namanya di radio tp blom pernah tau orangnya   oalah ini tho?hehee
Laporkan Komentar

0

Balas
 Atmo Gerehh
24 July 2012 08:59:23
hehehe, judulnya toh mas, mbikin geregetan.
salam
http://www.warsimi.blogspot.com
Laporkan Komentar

0

Balas
 Cakra Inderasena
24 July 2012 09:07:57
semoga selalu dikuatkan mbak pipiet, Maju terus PENULIS yang BAIK!

Laporkan Komentar

0

Balas
 Selamet Hariadi
24 July 2012 09:08:39
Betul, Bunda Pipiet adalah seorang radikalist, teroriest, fundamentalist. Beliau akan bertidak radikal kepada calon-calon penulis. Lihat saja kiprahnya sampai kemana-mana…
Salam
Laporkan Komentar

0

Balas
 Mobit W. Atmojo
24 July 2012 10:14:42
103 judul buku…luar biasa
Laporkan Komentar

0

Balas
 Daveena

Pipiet Senja
24 July 2012 10:31:04
Teman-teman kompasianer; terimakasih pujian dan sanjungannya, saya malah jadi isiiin, eeh, malu diri ah…
Terharu sangat jadinya. Buku yang telah diterbitkan baru 105 sahaja, tetapi yang masih menumpuk sebagai dokumen dari jadul era 75-an, banyaaak…semoga ada yang berkenan mendokumentasikannya.
Oya, sebagian besar ada juga saya titipkan di Pusat Dokumentasi HB Jassin, Taman Ismail Matruki.
Salam manis dan bahagia, Pak Kabul dan teman-teman yang baik hati; luuuuv!

3 Komentar

  1. Bukunya udah terbit, Bunda...?
    wah, ndak sabar mau membacanya.. :)

    BalasHapus
  2. Sudah nanda sejak Maret 2012, silakan dihunting di tokbuk seluruh Indonesia, eeh, Gramedia

    BalasHapus
  3. Teh Pipiet, kumaha damang?
    Manawi tiasa ngabantos ngahibahkeun sapalihna buku kanggo murangkalih santri, rencana hoyong ngadamel taman baca di kampung pribados.

    BalasHapus

Posting Komentar

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama