Malam Kenangan: Diculik Bos BHSI

BMI Hong Kong Sadar Investasi

Hong Kong, 17 Mei 2012

Pekan yang lalu saya diajak nonton bareng Bertha dan Victor, film Avenger’s di bioskop 3 D.
Nah, pekan berikutnya, tahu-tahu aku ditelepon Victor: 
"Aku tunggu di bawah kantor Dompet Dhuafa, ya Teteh...."








Hong Kong, 17 Mei 2012
Pekan yang lalu saya diajak nonton bareng Bertha dan Victor, film Avenger’s di bioskop 3 D.
Nah, pekan berikutnya, tahu-tahu aku ditelepon Victor: 
"Aku tunggu di bawah kantor Dompet Dhuafa, ya Teteh...."









 
Setelah solat maghrib, aku pamitan kepada Mbak Sri yang punya apartemen Rumah Tahfidz Hong Kong."Mbak Sri, katanya aku ditunggu di bawah, paling sebentar," kataku, sungguh tak mengira kalau kemudian ternyata diajak jalan oleh makhluk unik ini.

"Aku sudah di toko baju di bawah kantor DD, ya nak," kataku melalui SMS.
"Siiiip!" balasnya.
Karena sosok yang kutunggu belum kelihatan, aku iseng masuk toko baju yang harganya murah-meriah dan selalu laris di kawasan Jardine's Bazaar itu, kupilih satu blus seharga 56 dolar HK alias sekitar 60 ribuan.

Ketika akan membayar di kasir, Victor menyambangi dan bilang:"Biar aku yang bayar, Teteh."
"Waaah, terima kasih ya sayangku," kataku, menepuk-nepuk bahunya. Serasa dia adalah putraku saja laiknya.

 "Kita akan naik ferry, ya Teteh. Nanti kita mau lihat lampu-lampu laser jam 8 malam. Pernah tak?"
"Hmmm, kalau naik ferry di Tsim Sha Tsui sih pernah beberapa kali. Tapi kalau lihat lampunya kayaknya belum pernah tuh."

"Kita naik taksi saja, ya...."
Ternyata taksi selalu penuh, sementara gerimis mulai renyai membasahi kawasan Causeway Bay. Akhirnya kami naik bis seharga 2,6 dolar HK.

"Weeeei, kenapa macet nih Hong Kong?" tanyaku merasa aneh sendiri, tidak biasanya semacet itu. Kan bukan Jakarta, pikirku.
"Ya, ini pulang kerja, Teteh, lagian hujan jadi orang kepingin cepat pulang."

Ketika turun dari bis malah kering, sama sekali tiada hujan. Setelah naik jembatan di Tsim Sha Tsui, seorang perempuan muda menghampiri sambil tertawa manis.
"Nah, ini dia si Mega yang fotonya lagi telentang tidur ditutupi buku BHSI itu loh, Teteh," kata Victor.
"Ooooh, iya ya, baru tampak wajah aslinya nih," sambutku membalas rangkulannya.

Oke, kami bertiga kemudian menuju Statsiun Tsim Sha Tsui untuk naik ferry menuju seberang. Tiketnya untuk dewasa 2,5 sedangkan anak-anak 1,5 dolar HK. Weeeiiiii, jauh lebih murah ya dibandingkan kereta Jabotabek, eeh, comuterline.

Semua penumpang serba tertib dan mau antri, ini dia yang membedakan dengan warga kita di Indonesia!

Hanya sekitar 15 menit sampailah kami di seberang kawasan Harbour Star Ferry, ya, ini belum kuinvestigasi nama benarnya. Hehe.
"Mau makankah, Teteh?" tanya Victor.
"Nantilah, belum lapar, tapi kalau minum kopi; wajiiib!" sahutku, memang mulai merasa mengantuk.

Victor mentraktiir cofee capucino di Starbuck. Beberapa menit sebelum pukul delapan malam, kami sudah berada di taman depan Museum. Serombongant turis bule baru saja turun dari superjet yang dinakhodai lelaki bule juga.

"Kami geng BHSI nanti, bulan depan, akan sewa kapal pesiar itulah, Teteh."
"Woooowww! Berapa tuh sewanya?"
"Kami patungan, disewanya 9000 dolar HK lah, Teteh."

Gengnya Victor dengan gruping Petani Saham BHSI di FB memang kereeen!
Mereka para calon investor, selain sebagai Buruh Migran Indonesia di Hong Kong. Buku BHSI yang dibesut oleh Rihanu Alifa, membesut tentang berbagai hal investasi, memuat pemikiran seorang BMI bernama Victor.

Sepanjang perjalanan kami bertiga bagai kanak-kanak saja. Jeprat-jepret narcis setengah mati!
Usai menyaksikan lampu laser dari berbagai gedung pencakar langit yang berada di seberang, kami bertiga kembali mencari bis. Kali ini Victor dan Mega memilihkan bis spesial untuk orang yang hendak keliling Hong Kong. 

"Gak ada atapnya nih?" seruku tertahan saat naik bis ke tingkat atas. Victor dan Mega ketawa-ketawa saja melihat keluguan dan noraknya diriku. Heuheu.

Selama di atas bis tanpa atap itupun kami jeprat-jepret. Kayaknya yang paling narcis si demplon nerkom, eeeits, Mega tuh. Ngaku, hayooo!
"Turun di  Causeway Bay saja, kasihan Teteh kedinginan," kata Victor.

"Iyalah, aku gak bisa lama-lama di atas sini," aku pun kembali ke bagian bawah. Ternyata kosong melompong tanpa penumpang!
Beuh, macam bis hantu saja nih. Di atas kulihat hanya ada sepasang anak muda sedang kasmaran. Keduanya sejak awal kulihat saling berdekapan, seakan tak ingin terpisahkan.

Turun di kawasan Causeway Bay, kami mencari makan, awalnya ke resto Jepang. Tapi mengantri, kata penjaganya:"Nanti jam 10-an, ya!" Masya Allah!

Jika kuperhatikan hampir setiap resto di kawasan Causeway Bay dipenuhi orang. Antriannya mengular di mana-mana. Kuingat di mal Depok, kosong melompong oleh pengunjung dan bangku dibiarkan lengang.

Makanan Vietnam, semuanya serba sea-food, meskipun demikian beberapa kali kuminta ketegasan dari dua anak BMI ini."Serius nih makanannya halal, ya?"
"Iya, Teteh, halal. Banyak Ustad kita yang suka makan di sini kok."

Oke, biasanya jika makanannya tidak halal, perutku langsung berontak dan akan memuntahkan semuanya yang telah kutelan. Kali ini aku bisa memakannya dengan baik, bahkan sampai rumah pun perutku masih baik-baik saja.

Coykin, eeeh, sampai jumpa!
























2 Komentar

  1. Alhamdulillah..
    happy holiday, ya, Bunda..
    :) ikutan seneng, niih ^^//

    BalasHapus
  2. hehehehe; ioya banyak anak-anak yang baik hati nih ternyata di HK, katanya mereka seperti melihat emaknya sendiri...

    BalasHapus

Posting Komentar

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama