Pengantar Cinta Untuk Mempelai Bahagia






Rasanya belum lama Mama menimang dirimu sebagai bayi merah, lucu, banyak bulunya sampai ke pipi-pipimu yang harum kencur. Lama Mama cermati wajah mungilmu, semu memerah, apatah tersebab tiap pekan Mama harus ditransfusi agar dirimu kuat dalam kandungan?

Kunamai dirimu: Adzimattinur Siregar, ayahmu menambahkannya dengan nama kakekmu dan boumu; Karibun Nuraini, terasa agak menggelitik di kuping Mama. Ketika besar, kamu pun lebih suka menyingkat namamu dengan sebutan; Zhizhi saja. Tapi kami memanggilmu dengan nama kesayangan: Butet.

Rasanya belum lama Mama lihat engkau naik bis jemputan TK Nurul Islam, badanmu dan usiamu paling kecil sehingga rentan di-buly. Hatimu terlalu lembut, beberapa kali temanmu meminta antingmu dan kamu memberikannya begitu saja. Akhirnya Mama jemu, membiarkan telingamu tanpa anting lagi. Seperti tomboy saja.




Engkau tumbuh kembang, nyaris jarang sakit parah. Paling flu biasa karena main hujan-hujanan, tanpa bisa Mama cegah. Sekali kena flek paru-paru, kelas 5 SD, saat itulah engkau baru menyadari; betapa berbeda dirinya, dan rumah tangga orangtuamu.

“Mengapa kita begini, Mama? Mama sakit selalu sendirian? Masih juga urus Butet? Memangnya ada apa dengan Papa, Ma?” gugatnya laiknya seorang dewasa.

Sepanjang jalan, menyusuri lorong demi lorong rumah sakit siang itu, engkau bercucuran air mata. Luka mulai tertanam di  bening matamu, duhai, maafkan Mama, Nak!




Betapa sering Mama mengandalkan dirimu sejak kecil, Nak. Kamulah yang menuntun tangan Mama kuat-kuat, manakala Mama sudah lemas dan wajib ditransfusi. Engkau sempat mengira bahwa semua anak memiliki ibu seperti Mama, sepanjang hidup harus ditransfusi secara rutin per dua-tiga bulan sekali.

Lalu ABG, engkau mulai menulis, Honor pertamamu diserahkan semuanya buat Mama. Ini buat kulkas, ini buat mesin cuci. "Biar Mama jangan nyuci sendiri, waktunya mending buat menulis saja, enerji Mama jangan dihamburkan, " katamu dengan wajah sumringah.




Lantas SMA, pipi-pipimu memerah waktu bilang jatuh cinta pertama kali. Hihi. Kemudian masuk kampus bergengsi, jakun, aktivis dan engkau kunampak semakin tangguh. Engkau menjadi sandaran Mama pada masa-masa kritis, saling menguatkan dan menyemangati.

Takkan pernah Mama lupa, terasa tanganmu mengelus-elus punggung, ketika pertama kali Mama bisa berdiri kembali, mulai melangkah, keluar dari ruang ICU. “Jangan pernah tinggalkan Butet, Mama, pliiiiissss,” pintamu terasa menggeletar.

“Loh, semua makhluk hidup akan berakhir, mati, Nak.”
“Jangan omong kematian, oke,” pintamu, terdengar serius sekali. “Mama mau lihat Butet jadi pengacara, iya kan? Mau lihat Butet nikah, iya kan? Mau asuh anak-anak dari Butet, iya kan, Mom, iyaaaa?”

Mama mengangguk sambil menahan rasa haru yang menggejolak jauh di relung kalbu. Sejak kehilangan dua organ tubuh itu, Mama semakin sering mengandalkan dirimu. Acapkali tengah malam, Mama mengagetkan dirimu, memaksamu mengangkut Mama ke rumah sakit.

Kemudian engkau diwisuda, pencapaian luar biasa dalam usiamu yang terbilang belia. Engkau semakin tangguh dan dewasa, Nak, bahkan memutuskan untuk magang di negerinya si Jackie Chan, nyaris tanpa bekal kecuali ilmu, semangat dan pengabdian yang mulai meraga sukmamu.

Pada ulang tahunmu ke-22 yal, dari Hong Kong, engkau layangkan catatan cinta buat Mama melalui FB. Isinya sungguh mengharu biru kalbu. Satu hal yang paling menggugah rasa keibuan adalah sebuah janji.

“Mama, Butet belum mampu beri apa-apa, belum mampu beri materi. Tapi anakmu ini janji, sebentar lagi, tahun ini juga, akan memberimu seorang menantu yang baik. Dia akan bantu anakmu untuk berbakti kepadamu, Mama….”

Tahu-tahu besok engkau akan naik ke pelaminan bersama lelaki pilihanmu. Kita tak mampu membuat apa yang disebut orang-orang kaya sebagai resepsi atau pesta. Hanya selamatan, pengajian keluarga, kemudian walimahan. Bahkan tempatnya pun engkau pilih di kawasan almamatermu.













Semuanya serba ringkas, serba sederhana dan serba apa adanya. Sebagaimana engkau dan cinta sejatimu saling mengasihi apa adanya, tetapi setulus hati, segenap cita dan asa berdua; meraih ridho Ilahi.

Akhirnya: doa Mama senantiasa untuk tiap langkahmu, Nanda, Cinta! (Mesjid UI, selasar cinta; 8 April 2012; Adzimattinur Siregar & Rachmad Firmansyah)

@@@

7 Komentar

  1. Selamat untuk Butet.. Insya Allah menjadi keluarga yang sakinah, mawadah & warahmah ya Bunda :)


    peluk sayang :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasiiiiih apa kabarmu nanda nathalia?

      Hapus
  2. selamat untuk Butet juga Teh Pipiet...
    moga langgeng...aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. amiiiiin ya Robbal alamiiin....atooooo sudah duluan atau mau nyusuuul?

      Hapus
  3. Selamat buat kak Zhizhi, semoga langgeng menjadi keluarga sakinah, mawadah, dan warahmah.
    Aaamiiin. :)

    BalasHapus
  4. Terimakasih Kurnia Hidayati; haturnuhuuuun....

    BalasHapus
  5. Ini adalah sejarah, biarkanlah terpajang di sini, meskipun pernikahan hanya seumur jagung, semoga engkau mendapat jodoh, seorang imam yang baik dan soleh yang akan membawamu pada kebahagiaan dunia dan akhiat bersama anak-anakmu. Doa mama selalu.

    BalasHapus

Posting Komentar

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama