Oleh : Nurul Jannah
*Jejak Perjalanan, Jejak Jiwa, dan Obor Lansia Bahagia*
Ada momen ketika hidup terasa seperti panggung megah, namun lampunya perlahan meredup dan penonton satu persatu pergi. Saat itulah jiwa diuji: apakah ia akan menyerah, atau menyalakan cahaya dari dalam dirinya sendiri?
Bahagia bukanlah hadiah yang datang pada mereka yang tak pernah jatuh, tetapi anugerah bagi mereka yang berkali-kali terhempas dan tetap memilih bangkit. *Dalam setiap luka yang meneteskan air mata, dalam setiap doa yang tak henti-hentinya dipanjatkan, bahagia hadir: bukan sebagai gemerlap yang memabukkan, melainkan sebagai denyut yang menghidupkan*.
*Bahagia, Mahkota Jiwa*
Di balik setiap langkah manusia, ada denyut halus yang menuntun hati: bahagia. Ia bukan hanya sebuah senyuman di bibir atau pesta yang riuh; ia adalah mahkota tak kasat mata yang dikenakan jiwa-jiwa yang pernah jatuh, tersungkur, lalu bangkit dengan luka yang telah menjelma pelangi.
*Bahagia adalah kemewahan rohani, megah bukan karena gemerlap dunia, tetapi karena kemurnian rasa syukur yang tumbuh di tanah ujian*.
Ada hari-hari ketika bahagia terasa jauh: bagai bintang di balik awan gelap: namun justru di situlah ia menguji keyakinan kita. Ketika kaki letih menapaki jalan berbatu, ketika air mata menjadi sahabat malam, bahagia tiba-tiba menyelinap lewat genggaman tangan sederhana, sapaan kecil, atau ceria yang hadir di sela duka. Di setiap tarikan nafas, ia berbisik: Aku ada di sini, di antara luka dan harapanmu.
*Bahagia bukanlah tentang mengoleksi segala yang diinginkan, tetapi tentang merawat apa yang telah dipercayakan Tuhan*. Ia adalah keberanian untuk memaafkan meski hati hancur, kesetiaan untuk bersyukur meski rencana berubah, dan keagungan jiwa untuk terus memberi meski dunia tampak abai.
Dan hari ini, kemegahan bahagia itu tampak nyata di hadapan kita.
*Bedah Buku dan Launching Buku Lansia Bahagia: Kumpulan Kisah Inspiratif bukan hanya perayaan literasi: ia adalah orkestra jiwa, tempat kisah-kisah emas para lansia bergema seperti simfoni agung.*
Di dalamnya, bahagia menari di antara halaman-halaman, menyalakan api di hati kita.
Para penulis yang rambutnya telah memutih menorehkan tinta dari peluh, luka, dan cinta yang tak pernah padam. Mereka berkata tanpa suara keras.
*Kebahagiaan bukan milik masa muda saja: ia adalah hak setiap jiwa yang berani berharap, bahkan saat senja mendekap.*
Bayangkan tangan-tangan renta yang gemetar memegang pena, tetapi menuliskan cahaya. Bayangkan wajah-wajah yang telah menempuh ribuan senja, namun matanya tetap berkilau menatap esok.
Di setiap cerita mereka, kita menemukan potongan jiwa kita sendiri: perjuangan, kehilangan, pengampunan, dan cinta tanpa syarat.
*Ketika buku ini dibedah dan diluncurkan, bukan hanya halaman yang terbuka: tetapi langit jiwa yang terbelah, menumpahkan bintang-bintang harapan. Di tengah tepuk tangan dan debar dada, kita diingatkan: bahagia adalah keberanian untuk terus menyalakan pelita, bahkan ketika malam terasa pekat*.
*Refleksi Diri*
Maka, jangan tunggu esok untuk merasa cukup. *Jangan tunggu kesempurnaan untuk merasa cukup.* Bahagia bukan tujuan di ujung jalan: ia adalah irama langkah yang kau ukir hari ini, ia adalah nyala kecil yang kau bagikan pada dunia.
Saat lampu panggung hidupmu meredup, ingatlah: setiap langkahmu, sekecil apapun, telah mengguncang langit dan meninggalkan jejak yang tak akan pernah hilang.
*Bahagia bukanlah tentang menunggu pelangi, melainkan tentang menari di bawah hujan. Ia adalah mahkota jiwa yang tak pernah luntur, janji abadi bahwa di senja perjalanan sekalipun, hati manusia tetap mampu berkilau, megah, dan menggetarkan.*🌹❤🔥🎀
*Bogor, 14 September 2025*
*Catatan hati saat menghadiri launching buku Lansia Bahagia, TIM, 12 September 2025*.
Posting Komentar