Arham Rasyid - Penyaji Pipiet Senja
Kalau lagi di masjid, terkadang cukup gelisah menyaksikan masih banyak orang yang sholatnya mengabaikan beberapa hal. Mau dikasih tau, tapi rata-rata orang tua. Duh.. Gimana ya ngomongnya..
Masalahnya sholat ini bukan main-main. Perkara yang pertama kali dihisab di hari kemudian.
Tuma'ninah misalnya, atau diam sejenak, ngasih jeda di antara peralihan gerakan.
Lah, di sini malah imamnya yang melanggar. Gaspol kayak dikejar debt collector. Sebagai imam, harusnya sih tahu kalau tuma'ninah itu rukun sholat. Gak pake tuma'ninah ya risikonya sholat gak sah.
Sudah nyaman dan menikmati sholat seperti itu ya selama itu juga sholatnya gak sah. Apa gak rugi?
"Kembalilah dan shalatlah, karena sesungguhnya engkau belum melakukan shalat" Tegur Nabi pada sahabat yang sholat tanpa meluruskan punggung ketika ruku dan sujud, dengan kata lain terburu-buru.
Ada lagi nih.
Saya juga melihat banyak yang menyepelekan menggerakkan lidah atau mulut pada sholat yang bacaannya disirr atau disilent. Kayak sholat zuhur, ashar, dan sholat sunnat.
Padahal bacaan sholat gak boleh di dalam hati. Meskipun gak bersuara, mulut dan lidah tetap harus melafal tiap bacaan, sebagaimana nabi yang terlihat bergoyang-goyang jenggotnya ketika sholat sunnat.
Ada juga yang menguap tapi tetap gak berhenti komat-kamit. Padahal, logikanya ketika menguap, kita gak bisa melafal bacaan dengan sempurna. Mulut posisi menganga, emang bisa lidah ketemu langit-langit untuk sempurna mengucap Allahu Akbar?
Jadi, mestinya kalau lagi nguap tuh diem dulu. Selesaikan menguapnya, baru kembali baca.
Belum lagi masalah wudhu. Ini juga hal yang kadang diburu-buru. Air itu dihirup di hidung, bukan disentuhin doang. Ubun-ubun dibasuh hingga belakang, bukan cepyak-cepyak doang biar cepat kelar.
Banyaklah pokoknya.
Tapi dahlah, gitu aja.
Please ya, saya bukan pengamat sholat. Sholat saya juga belum sempurna amat. Ini sekadar watawasaw bil haq.
Jangan sampai ntar di akhirat dengan pedenya kita bawa amalan sholat untuk disetor ke malaikat, tapi ternyata tertolak dan malah dikucek-kucek ibarat pakaian kusut, kemudian dihempaskan ke wajah kita. Emang enak?
Posting Komentar