Tips Tunanetra Naik Kereta

 


Ramaditya Adikara

Sampai sekarang sebenernya belum pede meng-official-kan tips, so ini lebih kepada pengalaman pribadi yang saya share, ya. 

Kenapa tips ini saya rasa penting dibikin? Bagi tunanetra, melakukan perjalanan secara mandiri bukan lagi menjadi sesuatu yang sulit, apalagi jika hanya di dalam kota. Namun, it will be a little bit messy, jika bepergian ke luar kota secara durasinya panjang dan banyak hal yang perlu diperhatikan.

Sejak pandemi, saya emang udah lama nggak menggunakan moda transportasi kereta api. Alhamdulillah, minggu lalu ketika diundang ke Yogyakarta, saya bisa naik ular besi lagi.

Saya naik kereta eksekutif Fajar Utama dari Stasiun Pasar Senen. Alhamdulillah, guiding block alias lantai khusus penyandang disabilitas udah bagus disini, nggak boncel atau rusak. Jadi, saya bisa menyusuri guiding block tanpa kuatir jalannya mencang-mencong kesana-kemari. Petugas di sana -- kebetulan yang bertemu -- juga sangat ramah pada penyandang disabilitas, so saya nggak menemui masalah di sini.

Pastikan setelah sampai teman-teman tunanetra mencari petugas, sebab hanya satu orang pengantar yang diizinkan masuk ke peron. Namun, jika ada anggota keluarga yang mengantar, atau kebetulan ketemu penumpang baik hati yang bersedia menemani, tanpa petugaspun nggak masalah.

Setiba di loket, saya -- dibantu petugas -- meng-scan tiket digital yang ada di ponsel. Hmmm, sebenernya lebih enak jika tak perlu scan lagi ya, jadi murni digital. Semoga aja suatu hari nanti. So, untuk ini harapannya teman-teman tunanetra yang melakukan perjalanan mandiri datang lebih awal dari waktu keberangkatan, supaya nggak mepet atau ketinggalan kereta.

"JANGAN MALU BERTANYA!" 

Nggak peduli kau tunanetra berhati Barbie atau Hello Kitty, info itu penting! Jangan sampai terjadi hal memalukan atau yang seharusnya nggak terjadi hanya karena tak mau bertanya. Ini berlaku baik di stasiun maupun di atas kereta, ya! Menyapa dengan kata "permisi" paling enak, jadi kita nggak kebingungan apakah yang diajak ngomong pria atau wanita.

Oh ya, jika memungkinkan acara "bongkar muat" isi perut sudah dilakukan di rumah, atau datanglah ke stasiun jauh lebih awal dan melakukannya di sana. Ini memudahkan agar di kereta tidak bermasalah nantinya.

OK, saatnya naik kereta api tuuut tuuut tuuut!

Jika sudah ketemu tempat duduk yang tertera di tiket, duduklah dengan tenang. Dengarkan semua pengumuman yang disampaikan baik melalui pengeras suara atau petugas.

Kamu duduk dekat jendela? Di situ ada meja kecil, dan di bawahnya ada beberapa lubang. Awas, jangan iseng mencolok-colok lubang itu dengan jarimu, karena itu stop kontak! Nah, sekarang udah tau, kan? So, coloklah charger ponsel atau laptop ke sana ya, bukan jari. :)

Nggak mau ribet dan kepengen beli makan di kereta? Buat tunanetra yang udah "advance" saya rasa nggak ada masalah ya buat melancong ke gerbong restorasi. Namun, untuk yang lebih suka nunggu di tempat duduk, kiranya memperhatikan hal sebagai berikut.

- Bayar pakai uang pas. Pilihlah menu yang bisa dibayar dengan uang lima puluh ribuan. Ya, biar gampang teman-teman cukup bawa selembar aja, karena umumnya makan dan minum satu paket itu berkisar 30 sampai 50 ribuan.

- Petugas makan lewat dua kali. Pertama beberapa menit setelah kereta berjalan, dan kedua antara jam sebelas hingga dua belas siang. PERHATIAN! Petugas makan itu jalannya cepet banget! Mereka nggak berhenti di setiap baris bangku, so pastikan nggak lengah atau matikan dulu earphone jika emang mau makan. Sekali lewat, kalian nggak akan nemuin lagi sampai siang. So, watch out for this one!

- Masih soal makan minum. Saran saya, burulah petugas makan di pagi hari, supaya kalian kebagian Nasi Goreng Parahyangan. Asli ini makanan legend banget! Plus, jika kalian ketinggalan petugas makan di siang hari, perut udah lumayan keisi. 

OK, saatnya ngomongin urusan "bongkar muat," karena di atas kereta itu lumayan repot bagi penumpang tunanetra.

- Kalau mau ke toilet, hitunglah pundak bangku. Nah, bangku tempat duduk kita adalah angka satu. Berdiri dan berbaliklah ke arah pintu yang paling dekat dengan toilet, lalu berjalan dengan lengan dan siku sedikit menyamping untuk mendeteksi pundak atau sisi bangku. Jangan lupa hitung ya!

- Saat berjalan, rapatkan jari dan jaga siku agar tidak menyikut penumpang lain yang sedang duduk. Jadi, pundak atau sisi bangku dideteksi oleh punggung tangan sampai siku. Tetaplah memakai tongkat dengan tangan satunya, supaya penumpang lain tahu bahwa yang sedang jalan adalah penumpang tunanetra, bukan penumpang yang "sleepwalk" atau semacemnya.

- Setibanya di depan toilet, ketuklah pintu dan tanyakan apakah di dalam ada orang. Kenapa? Kebetulan yang saya jumpai pintunya rusak jadi tidak bisa terkunci. Wah, bisa heboh kalau tiba-tiba kita masuk. Untung, saya sudah membiasakan diri mengetuk pintu, jadi tahu kalau di dalam ada orangnya.

- Nggak mau ribet sama urusan di atas? Seperti saya bilang, "JANGAN MALU BERTANYA!" Tak usah terlalu  kuatir membebani penumpang lain, anggaplah kalian sedang membagi pahala yang besar atas bantuan mereka. Asli, nahan amukan perut gegara malu atau tengsin itu nggak enak banget!

Jika hendak turun di stasiun tujuan, segeralah berdiri ketika stasiun tujuan diumumkan. Ini karena pergerakan tunanetra tak secepat penumpang lain. Kalau kereta sudah melambat, mulailah berjalan ke arah koridor pintu keluar, tapi jangan nekat buka pintu dan lompat, ya! Tunggulah dengan tenang sampai kereta benar-benar berhenti dan petugas membukakan pintu. Kecuali jika turun di pemberhentian terakhir, ya santai saja, ikut arus penumpang lain.

Nah, buat yang ponselnya berjaringan bagus dan baterainya awet, boleh juga di tengah perjalanan share live location dengan penjemput. Ini memudahkan penjemput untuk memantau keberadaan kita. Ya, walaupun jadwal perjalanan kereta api sekarang udah mantep banget sih, sangat tepat waktu!

OK, itu sedikit share pengalaman saya naik kereta api. Tentu masih banyak kekurangan, dan master-master tunanetra lain pasti punya lebih banyak tips. Namun, setidaknya ini bisa memperkaya khasanah pengetahuan kita (udah kayak buku Bahasa Indonesia aja, hehehe!). Semoga bermanfaat, khususnya bagi teman-teman sesama tunanetra yang ingin melakukan perjalanan mandiri via moda transportasi ini.

0 Komentar

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama