Politik Uhuy dan Ahay



Dhimam Abror Djuraid - Penyaji Pipiet Senja

*Nama* Alfiansyah tidak banyak dikenal orang. Tetapi, nama Komeng? Hampir pasti semua orang mengenalnya. Dia salah satu pelawak paling lucu di republik ini, dan sekarang dia menjadi senator anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) mewakili daerah pemilihan Jawa Barat. Senayan akan makin lucu dengan kehadiran Komeng.

Komeng terkenal dengan responnya yang cepat dan selalu lucu. Ia bisa memelesetkan apa saja dengan cepat dan tangkas. Itulah yang menjadi ciri khas Komeng. Ia spontan dalam merespons umpan apapun. Karena itu, acaranya di televisi di era 1990-an diberi nama ‘’Spontan’’.

Ketika dia menyebut ‘Spontan’ audiens akan menyambut ‘Uhuy’. Jargon ‘’Uhuy’’ kini viral di media sosial terutama Tiktok. Banyak kreator yang membuat konten dengan jargon tersebut hingga menjadi viral di jagat maya.

Selama ini politik Indonesia sudah uhuy. Dalam pelaksanaan pilpres 2024 banyak anomali yang terjadi yang sulit dijelaskan dengan teori dan analisis politik konvensional. Kalau Komeng ditanya mengenai hasil pilpres yang kontroversial, dia bisa menjawab dengan spontan ‘’Uhuy’’.

Jawaban spontan ini bisa bermakna luas. Bisa berarti bahwa bagi yang merasa menang hasil hitung cepat itu termasuk dalam kategori ‘’uhuy’’. Sedang bagi yang merasa dikalahkan hasil hitung cepat kali ini benar-benar ‘’uhuy’’.

Banyak sekali dugaan kecurangan yang disebut terjadi secara terstruktur, sistematis, dan masif dalam proses politik menjelang pilpres. Bagi yang diuntungkan oleh proses politik itu bisa dengan riang berkomentar ‘’uhuy’’.

Lain lagi bagi yang merasa dirugikan. Ada yang dengan keras memprotes dengan melemparkan berbagai argumen yang meyakinkan sambil adu otot dengan lawan debatnya. Namun, bagi yang kalah–tapi sudah terbiasa dengan praktik gelap politik Indonesia–mungkin bisa berkomentar dengan pahit ‘’uhuy’’.

Uhuy masuk Senayan, dan politik Indonesia akan semakin ‘’uhuy’’. Para politisi Senayan yang selama ini sudah ‘’uhuy’’, pasti nanti akan semakin ‘’uhuy’’. Para makelar politik yang selama ini sudah ‘’uhuy’’, pasti nanti akan makin ‘’uhuy’’.

Ada lagi yang viral selain ‘’uhuy’’, yaitu ‘’ahay’’. Kali ini bukan pelawak yang menjadikan ungkapan itu viral, tetapi Gibran Rakabuming Raka, calon wakil presiden 02. Gibran tidak sedang melawak. Dia juga tidak dikenal sebagai humoris. Selama ini komentar-komentarnya selalu datar-datar dan secukupnya saja. Jauh beda dari Komeng yang spontan dan uhuy.

Sebuah akun X menggunakan nama Gibran Rakabuming, menulis cuitan, “Cara menaklukkan anjing adalah dengan memberinya tulang. Ahai!”. Cuitan itu dibuat pada Rabu (21/2), dan netizen kemudian mengaitkannya dengan pelantikan dua menteri baru di kabinet Jokowi, yaitu Hadi Tjahjanto sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR)/Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN).

Banyak yang menduga status Gibran di X itu punya korelasi dengan pelantikan tersebut. Bahkan, sejumlah netizen langsung menyebut bahwa yang dituju oleh status Gibran adalah AHY. 

Cuitan itu sudah ditonton oleh 150 ribu netizen dengan komentar yang bermacam-macam, tapi rata-rata negatif. Ada yang mengunggah gambar kartun seekor anjing berdandan mirip manusia sedang menuntun seekor anjing sungguhan. Narasinya berbunyi, “Dua-duanya anjing, cuma beda status. Yang satu piaraan, yang satu lagi majikan”.

Ada yang tidak sabaran dan langsung berkomentar pedas, ‘’Wapres kok komen seperti itu, benar-benar tidak punya malu’’. Tapi, ada juga yang menyatakan bahwa akun itu palsu dan tidak perlu dipercaya.

Jabatan menteri untuk AHY adalah reward politik yang diberikan oleh Jokowi kepada AHY yang sudah membawa Partai Demokrat masuk ke dalam koalisi pendukung Prabowo-Gibran. Loncat pagar Partai Demokrat yang membelot dari Koalisi Perubahan terjadi secara simultan dengan pembelotan Muhaimin Iskandar dari Koalisi Indonesia Maju. 

Demokrat yang sejak awal sudah setengah hati mendukung Anies Baswedan akhirnya menemukan tambatan hati yang lebih cocok di kubu Prabowo. Imin yang sejak awal merasa dianaktirikan oleh Prabowo mendapatkan tempat yang layak disisi Anies Baswedan.

Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) presiden ke-7 RI harus rela menelan ludah demi membela sang anak. Ludah pertama yang harus ditelan adalah bahwa SBY adalah anggota Dewan Kehormatan Perwira yang mengadili dan memecat Prabowo pada 1998, karena keterlibatannya dalam penculikan aktivis reformasi.

Ludah kedua yang harus ditelan SBY adalah reputasinya sebagai presiden dua periode dan diagungkan sebagai presiden yang demokratis. SBY tidak pernah bertindak represif terhadap oposisi yang mengkritiknya dengan sangat keras. Bahkan, ketika SBY disimbolkan sebagai kerbau yang dicokok hidungnya di halaman DPR Senayan, SBY tidak mengambil tindakan hukum. Tapi, sekarang SBY membela paslon yang dituding sebagai perusak demokrasi.

Masih ada lagi ludah yang harus ditelan SBY. Netizen yang kritis bin jail mengunggah buku karya SBY, ‘’The President Can Do No Wrong: Pilpres 2024 dan Cawe-Cawe Presiden Jokowi’’.

Buku 27 halaman yang diluncurkan 26 Juni 2023 berisi kritik SBY terhadap Presiden Jokowi menjelang Pemilu 2024. Dalam buku tersebut, Jokowi disebut ikut cawe-cawe dalam Pilpres 2024 dan menginginkan kontestasi hanya diikuti oleh dua paslon. 

SBY juga menulis bahwa Jokowi tidak menginginkan Anies Baswedan menjadi Capres 2024. Buku tersebut juga membahas isu Jokowi yang mendukung dan menentukan siapa capres dan cawapres yang harus diusung. 

Salah seorang pegiat sosial Jhon Sitorus menyarankan agar buku tersebut ditarik karena berbahaya bagi kesehatan mental AHY. ”Belum setahun buku ini terbit, sepertinya peredarannya harus ditarik secara massif. Berbahaya untuk kesehatan mental AHY.’’

SBY dan AHY tentu tidak selucu Komeng. Menjadi oposisi selama 9 tahun dan berakhir dengan jabatan menteri 8 bulan mungkin dianggap lucu oleh orang lain, tapi dianggap lumayan oleh SBY dan AHY. Mungkin keduanya bisa tersenyum lebar sambil berkata ‘’Uhuy’’. []

Dhimam Abror Djuraid, founder kempalan.com

***

0 Komentar

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama