Karenamu Aku Menjadi Penulis Indonesia









Pipiet Senja

Begini, saya mengikuti Lomba Novel Femina karena lihat juri Utama adalah HB Jassin.

Sungguh, pede saja saya saat itu antara 1978 - 1988. Ya, sepuluh tahun berturut-turut mengirimkan novel yang masih mentah, 120 - 160 halaman ketikan mesin ketik jadul.

Tak pernah menang!

Lah iyalah, wong pesertanya mereka sudah malang melintang di jagat literasi.

Ike Supomo, Eddy D Iskandar. Yati M Wiraharja, Maria Sardjono, Ashadi Siregar, Marga T dlsbnya.

Meskipun demikian, saya selalu senang sekali tiap dikirimkan kembali 1 bundel naskah gagal tsb. Ada catatan tulis tangan dari HB Jassin.

Dituliskan di mana kelemahannya. Judul, diksi yg tidak tepat dlsb. Sekitar 2 paragraf. Disertai kalimat penyemangat, Lanjutkanlah berkarya Pipiet Senja.

Sebelum tanda tangan asli. Masya Allah, bahagianya daku!

Saya bangga, karyaku sudah sampai di tangan Paus Sastra Indonesia. Dibaca dan dikomentari.

Sejak itulah saya menetapkan pilihan. Menulis adalah profesiku!

Semua naskah yang ditolak tsb satu demi satu saya revisi, ketik ulang ganti judul dan diterbitkan juga.

Sebagian jadi cerbung di Panji Masyarakat, Selecta Grup, Sarinah dan Kartini.

Belakangan setelah bergabung dengan komunitas Forum Lingkar Pena. Barulah sadar dan tahu kesalahan mengirimkan ke majalah Femina.  Karena hampir di semua naskahku selalu ada terselip, pesan dakwah, kalimat toyibah dan aura Islami.

Tentu saja sangat tidak sesuai dengan visi dan misi media feminis.

Bertahun kemudian saya ke PDS HB Jassin, satu demi satu menitipkan novel Pipiet Senja.

Pada haulnya HB Jassin hari ini: 31 Juli. Semesta doa untuk Bapak Paus Sastra Indonesia. Semoga ditempatkan di JannahNya. Al Fatihah.

0 Komentar

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama