Selamat Hari Lansia Nasional: 29 Mei 2023



Catatan Cinta Lansia

Pipiet Senja 

Mei 2023 ini umurku 67 tahun. Masih berjuang untuk bertahan.

Dengan Thallasemia dan penyerta seperti: DM, Kardiomegali, HT, Gerd lambung, ashma bronchiale, pasca operasi lumbar.

Nah loh, sampai segambrengan begitu penyakit. Ampunilah, hambaMu yang banyak dosa ini, ya Robb.

Seorang koas saat pandemi, sempat terperangah begitu baca status kesehatanku di Wisma Atlet.

“Alamaaaak. Banyak kali nih si mamak sakitnya. Tak ikut-ikut aku, bah!” serunya sambil ngacir meninggalkan UGD Wisma Atlet.

Aku iseng meneriakinya pula;”WoĆ²oi, takut digentayangin yaaaa?”

Suster dan rekannya tertawa melihat kelakuanku. Mungkin karena diriku masih tampak riang, bisa bercanda.

Sudah terbiasa diriku sejak kecil berhadapan dengan kondisi gawat darurat. Tiga kali dinyatakan koma segala. Jadi penyakit tak pernah kujadikan beban pikiran.

Berdamai dan ikhlas sajalah sambil ikhtiar, disiplin berobat.

“OTG saja kan, Dokter. Ngapain harus dirawat segala?” Sempat protes.

“Gak boleh pulang, Bu. Nanti makin parah kondisinya,” jawab seorang koas ganteng kayak aktor Drakor.

“Iya, Mama, lagian siapa yang bakal urus Mama di rumah? Kita semua dikararantina di sini,” ujar sulungku.

“Manini, jangan bandel. Nurut sama dokter saja,” tukas Zidan ikut membujuk neneknya ini.

Sempat menitik airmataku saat melepas Zidan tengah malam. Karena sama OTG jadi Sempat berdua diobservasi di ruang khusus. Sedangkan anak mantu dan satu cucu langsung dibawa ke ruang perawatan.

Zidan bilang sebelum menyerah diangkut perawat:”Manini harus kuat, sehat ya. Jangan mati sekarang, ya. Tunggu Zidan jadi Astronot, Profesor Robot dulu….”

“Kenapa jadi Astronot? Profesor Robot?” tanyaku penasaran

“Mau ajak Manini ke Bulan. Biar jadi robot, biar gak mati-mati….”

Selama 12 hari dikarantina di HCU, setara ICU. Meja dokter tak jauh dari ranjangku. Sementara anak menantu dan dua cucu ditaruh di ruang perawatan biasa. Kabarnya nyaman dan banyak makanan, buah di sana.

Sepertinya paramedis tak mengira jika aku bisa bertahan. Alias harapan hidupku tipis. Setiap saat koas dan perawat menghampiriku. Periksa tensi, cek darah, beri injeksi macam-macam, termasuk Insuline dan infus.

Karena terasa mengganggu, agar tak rusak tidur dan mimpiku, kutuliskan saja di kardus bekas kotak makan. Isinya sbb:

“Saya penyintas Thallasemia, Kardiomegali, DM, HT, Ashma Bronchiale, Gerd Lambung…. Sudah gitu aja, mohon jangan ganggu mimpiku. Terima kasih!”

Sambung

0 Komentar

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama