Anugerah Penyair Prolifik
Oleh
Sastri Bakry
Ketua DPD SatuPena Sumbar
Suatu
hari, ketika saya dikukuhkan menjadi Koordinator dan Ketua DPD SatuPena Sumatera
Barat (Sumbar) tahun 2022 saya berbincang-bincang dengan Khairul Jasmi tentang
dunia kepenulisan. Saya memanggilnya KJ, Pimpinan Redaksi salah satu koran tua
di Sumbar, sastrawan , wartawan, penulis kritis dan youtuber. KJ juga penasihat SatuPena Sumbar, selain komisaris PT
Semen Padang. Ucapannya itu selalu terngiang-ngiang di telinga saya.
“Bueklah
penghargaan untuk Penulis Sumbar, ciek se jadi tapi hadiahnyo gadang 50 juta,
minta ka Gubernur tu” ujar KJ memberi semangat
Sebagai ketua SatuPena ini merupakan tantangan bagi saya. Menurut saya
hadiah itu tidak akan terasa berat jika pemerintah mau bersama-sama SatuPena mengakomodirnya.
Penulis fiksi dan non fiksi layak diperhatikan. Sayangnya belum direspon oleh SKPD/OPD
terkait. Rata-rata menjawab penganggaran itu harus persetujuan DPRD. Lah..
tentu saja, kan amanah aturan seperti itu. Tetapi menurut
DPRD, usulannya tentu dari SKPD/OPD terkait. Wah bicaranya normatif
semua. Bagaimana pun saya ingin juga membincangnya dengan DPRD Sumatera Barat
(Sumbar) agar target KJ lewat SatuPena tercapai. Bukankah pokok-pokok pikiran
(POKIR) DPRD juga menentukan? Sayangnya surat Satupena Sumbar yang sudah
didisposisi ketua DPRD mati di komisi terkait. Berulang kali saya bertanya ke Ketua
DPRD Sumbra dan Sekwan, tapi sia-sia dan terlupakan. Mungkin tak menarik karena
tak melibatkan konstituen yang banyak.
Pemberian Anugerah atau penghargaan sudah banyak sekali diberikan kepada
orang-orang berprestasi. Apalagi untuk artis dan
olahragawan. Itu pasti akan gegap gempita dengan jumlah hadiah yang fantastis.
Beda dengan dunia kepenulisan, seni sastra, puisi, teater, tak banyak disebut-sebut.
Kalau pun ada tidak segegap gempita untuk hadiah olahraga. Buktinya Denny JA
selaku ketum SatuPena Indonesia telah memberi award kepada penulis
dengan hadiah yang lumayan, 35 juta tapi minim perhatian. Istilah sekarang
tidak menjadi berita viral.
Obsesi
untuk memberi penghargaan tetap menjadi fokus salah satu program kerja DPD
SatuPena Sumbar. Karena itu DPD
SatuPena Sumbar tetap berusaha mewujudkannya, meski tanpa hadiah fantastis. Tahun
ini penghargaan diberikan kepada
Yurnaldi, mantan wartawan Utama Kompas sebagai Penulis Berprestasi.
Yurnaldi mendapatkan banyak penghargaan dari berbagai Lembaga, pusat maupun
daerah. Kemudian kepada Saunir Saun, mantan dosen Bahasa dan Sastra Ingris Universitas Negeri Padang (UNP)
dan Wakil Rektor (dulu Pembantu Rektor) Univesitas Mahaputra Muhammad Yamin,
Solok sebagai penyair Prolifik.
Banyak
yang bertanya kepada saya, apa itu penyair prolifik? Kenapa diberikan dan untuk apa diberikan? Kenapa harus
kepada Saunir Saun? Pertanyaan itu
demikian bertubi-tubi terutama untuk kata prolifik. Kata prolifik itu tidak
lazim dipakai atau setidaknya jarang dipakai di dunia kata-kata.
Prolifik
sebetulnya sama dengan produktif tetapi sedikit berbeda. Prolifik dalam bahasa
Ingris terjemahan Indonesia adalah kata sifat yang bermakna subur, mudah
berkembang biak, menghasilkan banyak, dan lain sebagainya. Dalam konteks SatuPena
ini, prolifik berarti banyak menghasilkan karya, banyak menghasilkan tulisan
(ciptaan). Sementara kata produktif bermakna daya produktif yang seringkali
dibandingkan dengan luaran dan masukan. Artinya bagaimana mendapatkan hasil
yang diinginkan dengan sedikit waktu dan usaha. Saya menyebut produktif agak
sedikit berorientasi ekonomi dan hasil.
Saunir
adalah pengarang/penulis yang banyak karya tanpa memikirkan hasil uang. Ia
menulis selain berbagi ilmu yang bermanfaat juga demi kepuasan batin. Dalam
konteks itulah penilaian SatuPena Sumbar, berkaitan dengan karya kepenulisan
Saunir Saun dalam beragam genre yang menulis tanpa pamrih. Ia akan tetap berkarya tak henti hingga ujung usia.
Saunir
Saun adalah seorang senior dalam dunia kepenulisan. Usianya tidak lagi muda. Tapi ia dengan konsisten selalu menulis setiap hari di
grup WA Satu Pena dan medsos. Ada saja yang dituliskannya mulai dari kisah
sedih, kisah cinta, keindahan alam, masa kanak-kanak, masa dewasa hingga
perenungannya terhadap masa tua dan hari akhirat. Kami
bahkan sering mengatakan yang muda-muda kalah soal kepedulian terhadap dunia
kepenulisan. Ia banyak berkarya dalam diam.
Selain rajin menulis puisi setiap hari, ia juga sering
mendendangkan lagu-lagu dari puisinya. Hampir 250 lagu puisi yang
diciptakannya. Ia bahkan membiarkan orang menyanyikan puisinya sesuai perasaan
hati masing-masing. Syaratnya sederhana saja. Ia ingin kalau dinyanyikan atau
dikutip puisinya cukup namanya disebut/ ditag.
Mengaku Bukan Penyair
Ada
hal unik tentang Saunir. Ia tak pernah menulis dirinya sebagai penyair. Ia
selalu mengaku dirinya bukan penyair. Maka ketika diinfokan dia terpilih
sebagai penyair Prolifik, jawabannya:
“Surprisingly
that I have been nominated for receiving the ‘prestigious appreciation/reward’
of SatuPena as a prolific poet of west Sumatra. I feel this is a ‘contradictive
decision’ that the’bukan penyair’ is now nominated and rewarded as a penyair prolific.
Ia merasa kontradiktif atas penghargaan yang dia terima
dengan identitas yang dilekatkannya pada dirinya sendiri. Saya pikir
tentu ada sebab Saunir berbuat seperti itu. Saya teringat puluhan tahun yang
lalu seorang penyair muda yang menggebu-gebu membuat puisi dan bangga dengan
karyanya kemudian menghilang ditelan bumi. Ketika saya tanya kenapa tak berkarya
lagi? Dia sebut dia tak kuat dihinakan
oleh penyair senior yang melecehkan karyanya.
Saya juga teringat Pipiet Senja yang telah menghasilkan
hampir 300 novel tetapi tidak dianggap sebagai sastrawan (waktu kejadian itu karyanya
hampir seratus novel). Saya jadi termenung apakah sedemikian hebatnya sastrawan
senior yang punya nama untuk melecehkan atau meniadakan karya seseorang
sehingga akhirnya hilang ditelan bumi? Tentu saja bagi mereka yang tak kuat
dengan ujian proses batin itu akan menghilang. Yang jelas saya dan Pipiet Senja
termasuk yang tahan banting.
Kembali kepada Saunir Saun, saya tak tahu kenapa ia
selalu menulis ’bukan penyair’ dalam setiap puisinya. Saya justru merasa
terganggu dengan kata-kata itu. Karena saya melihat sebagian puisi-pusinya
cukup bagus dan memberi ruang untuk merenung. Saya
tak hendak bertanya tentang peristiwa yang dialaminya atau tentang identitas
yang dipilihnya. Bisa saja tak ada
hubungan dengan kata-kata orang tapi hanya bentuk kerendahan hatinya saja.
Akhirnya saya katakan, biarkan orang
lain menilai diri kita. Yang penting tugas kita adalah terus berkarya, terus
menulis. Soal identitas dan kualitas serahkan pada pembaca.
Saunir Saun telah menghasilkan 11 buku puisi dan novel, tiga di antaranya
buku antologi. Masih ada 6 konsep buku kumpulan puisi lagi yang belum dicetak. Ia
telah melahirkan hampir 1000 puisi termasuk 40 puisi dalam buku Puisi ‘Minangkabau
dalam Batin Penyair’ yang diterbitkan SatuPena Sumbar bekerjasama dengan
Pustaka Artaz. Buku ini telah dilaunching
pada acara International Minangkabau Literacy Festival (IMLF) yang
diikuti 12 negara Februari 2023 lalu. Belum lagi buku-buku ilmiah untuk pembelajaran.
Namun hal yang menjadi faktor pentingnya adalah setiap peristiwa yang hadir
dalam kehidupannya telah melahirkan puisi. Puisi yang penuh kearifan dan pesan
moral yang tinggi itu ia upload setiap hari di grup SatuPena. Ia tidak
peduli dengan komentar suka atau tidak suka anggota grup. Bagi kurator SatuPena
keindahan puisinya terletak di pengalaman batinnya yang bercerita soal tema,
perasaan, suasana dan harapannya. Bukan keindahan bahasanya atau majas saja.
Karena tidak semua puisinya memenuhi unsur imajinasi, bahasa figuratif , rima atau ritma
namun kata-kata kongkritnya telah memberi pesan moral kepada kita.
Karena itulah pengurus memberi perhatian untuk memberikan penghargaan Penyair Prolifik. SatuPena telah memilih dan
menetapkan Saunir Saun sebagai penyair Prolifik Sumbar. Anugerah yang dia
terima pada saat pengukuhan di Hotel Kyriad Bumi Minang Padang selain Piagam
Penghargaan adalah hadiah buku, diperlakukan sebagai tamu
kehormatan di setiap acara SatuPena dan kontrak penerbitan buku.
Anggap saja anugerah Penyair Prolifik ini adalah merupakan visus pengurus SatuPena
Sumbar dalam melihat aktivitas anggotanya. Semoga ini menjadi sumber inspirasi
bagi penulis pemula maupun senior untuk tetap menulis dan berkarya. Prolifik
dinilai dari karya kepengarangannya dalam tulisan, bukan dinilai dari banyak bicara tanpa ada karya. Apalagi
sibuk menjatuhkan dan memandang sinis terhadap sebuah karya.
Selamat menikmati karya prolifik Saunir Saun yang berjudul Goresan Puisi
di Hari Tua. Semoga Saunir Saun
selalu menjadi orang yang bestari sepanjang hayat. Aamiin
Posting Komentar