Kebersamaan Indah di Hambalang: Jumpa Prabowo Subianto






Berawal dari status Zara Zettira tentang grup yang diberi nama Waroeng NKRI, penulis menginboks novelis yang popular sejak era 1980, agar direkomendasikan sebagai anggotanya yang memiliki satu visi dan misi. Sejak aktif memantau postingan dan diskusi tiap saat, banyak sekali ilmu dan wawasan yang diperoleh. Terutama tentang perpolitikan dewasa ini.

Ketua Waroeng NKRI Adjat Sudradjat, acapkali mengingatkan anggotanya, agar diskusi serius, menghindari perdebatan tak bermakna yang bisa menimbulkan perpecahan. Sehingga terasa aura kekeluargaan mengikat hati, meskipun baru kenal melalui WA. Pertemuan pertama dengan sebagian anggotanya terlaksana pada Care Free Day di kawasan Bundaran HI, 7 Agustus 2016. Kemudian tiba-tiba suatu malam ada undangan untuk Waroeng NKRI dari Hambalang.
Ya, ini undangan spesial jumpa Prabowo Subianto sehari sebelum HUT Kemerdekaan RI ke-71, yakni 16 Agustus 2016, bertempat di kediamannya, Hambalang. Karena terbatas, terpaksa dibentuk tim kecil untuk memilih 50 orang dari 150 anggotanya; 15 lelaki dan 35 perempuan.
Melalui meeting room NKRI, tampak persiapan 50 anggota dalam hitungan hari, termasuk dess code tema merah putih dengan batik. Bagi penulis, bisa jumpa dengan sosok yang mengagumkan dan sempat membuat airmata bercucuran, saat membaca biografinya, sungguh hal yang sangat istimewa.
Mujurlah pula waktunya tidak bentrok dengan jadwal konsultasi jantung ke rumah sakit. Lumayan heboh juga demi mendapatkan busana yang ditentukan. Sambil menuntun cucu, penulis pun mencari kebaya putih ke PGC, tidak berhasil menemukan kerudung merah dan kain batik. Beruntung Naila dari Bandung bersedia menyiapkan kain  batik dan kerudung merahnya. Pada hari H, pukul 07.30, penulis dijemput oleh Kang Suhe, jurnalis muda berbakat yang dimiliki oleh Waroeng NKRI.
Berkumpul di kawasan TIS Pancoran, peserta dari Jakarta kemudian menuju rest area Sentul. Bergabung dengan rombongan dari Bandung, termasuk Ketua Adjat Sudradjat. Rombongan terdiri dari 12 kendaraan yang melaju secara beriringan menuju Hambalang. Sempat ada kejadian lucu, seorang peserta dari Jakarta ketinggalan saat sholat. Konvoy mobil pun buyar, karena harus menunggu mobil yang balik arah untuk menjemput beliau.
Jalanan menuju kediaman Prabowo Subianto lumayan riskan, sempit, banyak kendaraan besar lalu-lalang. Sehingga ada yang nyeletuk, benarkah jalanan macam ini yang harus dilalui seorang Jenderal? Ternyata kediaman tokoh besar yang ditakuti Australia dan Amerika ini di dataran tinggi, mirip bukit.
Sejak di bawah sampai puncak tampak rimbun dedaunan, hijau royo-royo. Terlihat tiga bangunan unik lumbung padi khas Minahasa menawan sekali. Ada lahan luas dipenuhi pembibitan, terkesan sekali makna kepedulian pemilik tanah untuk warga sekitar Hambalang.
Memasuki parkiran sudah banyak kendaraan, rombongan kebagian parkir di berbagai sudut halaman. Entah berapa hektar luas tanahnya, tampak istal kuda yang gagah-gagah, lapangan untuk upacara sudah ada podium. Rombongan dipersilakan langsung memasuki bangunan utama, sebuah pendopo besar terbuat dari kayu-kayu jati dan ukiran khas Jepara. Agaknya acara telah dimulai, para undangan diersilakan untuk makan secara prasmanan. Sekitar 200-an undangan memenuhi pendopo, sebagian mengambil tempat di meja-meja bertilam taplak satin putih.


Lagu-lagu daerah dibawakan sebuah band, tampak dari kejauhan Ahmad Dhani, Mulan dan Mahadewi siap tampil. Usai makan siang, suara bariton milik Sang Jenderal mulai terdengar. Penulis sontak merangsek masuk pendopo, ingin bisa lebih dekat meihat sosok Idola.
“Jangan beri spiker kepada Prabowo, karena bisa berjam-jam,” ujar Prabowo Subianto.
Di tengah kata-katanya yang penuh ketegasan dan kesungguhan, ada terselip kalimat-kalimat segar yang membuat para ibu mesem-mesem. Dipuji sebagai kekuatan luar biasa, ibu-ibu menyambut dengan sukacita. Yel-yel pun memenuhi pelosok pendopo.
Rombongan Waroeng NKRI diberi kesempatan foto bareng Prabowo Subianto. Lanjut dengan Sandiaga Uno, Fadel Muhammad, Nanik Sudaryati, Ahmad Dhani dan para elit poitik lainnya.
“Mbak Nanik, senang jumpa Anda,” sapa penulis yang disambut ramah dan senyum manis sosok garang melalui status-statusnya di Facebook. Ia menerima buku Bagaimana Aku Bertahan yang penulis serahkan kepadanya.
Demikianlah kebersamaan yang indah penuh persaudaraan dalam satu perjuangan, melawan kezaliman, mempertahankan NKRI. Semua berharap, Prabowo Subianto sebagai RI1 satu hari nanti.
Indonesia Merdeka! (Pipiet Senja, Jakarta, 17 Agustus 2016)






@@@










1 Komentar

  1. [18/8 04.20] Trisno: Mantap Bunda Pipiet tulisannya bagus sekali. Aku sempat ketawa ketika menyebutkan 12 kendaraan secara beriringan menuju hambalang, dan ada kejadian lucu seorang peserta ketinggalan dari Jakarta hahahaa untung bukan dari Madura bisa2 yg dari Madura
    [18/8 04.21] Trisno: dijadikan bahan candaan sama yg baca hahahaa
    [18/8 04.25] Trisno: Mantap sekali apalagi sampai menyebutkan asal peserta Waroeng NKRI dari luar Jawa seperti Lampung dan negara tetangg seperti Brunei
    [18/8 04.27] Trisno: Selamat berkarya Bunda Pipiet semoga sukses dan tetap dalam Lindungan-Nya Aamiiin

    BalasHapus

Posting Komentar

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama