Tuhan Jangan Tinggalkan Aku




Plot
Fatin terlahir dari keluarga Muslim sejati, ayahnya seorang petani miskin di kawasan Cianjur yang sering diakali, dtipu oleh para tengkulak.  Sebagai anak suung, Fatin ingin sekali berbakti kepada orang tua. Ia sering menangis diam-diam, melihat adik-adiknya sampai sering berebut makanan. Makan hanya dengan kerupuk dan kecap dengan nasi impor pera jelek. Padahal, hatta, Cianjur gudang beras pulen wangi yang sudah terkenal ke seantero Indonesia. Mereka nyaris tak pernah makan nasi pulen yang ditanam oleh ayah dan kelompok petani di desanya.

Prestasi Fatin luar biasa di sekolah. Sebelum lulus SMK, Fatin disalurkan oleh KepSek bekerja sebagai karyawan hotel berbintang di Jakarta. Ketika menjadi karyawan hotel inilah ia bertemu dengan Rimbong. Seorang Bos perusahaan bonafide yang sudah punya tiga istri, tetapi belum memiliki keturunan.

Rimbong menyelamatkan Fatin dari upaya pelecehan seksual seorang turis. Fatin merasa sangat berterima kasih dan berhutang budi. Ketika Rimbong yang umurnya lebih tua dari ayahnya, melamarnya sebagai istrinya yang keempat, Fatin menerima tanpa minta persetujuan orang tua.

Rimbong menyembunyikan Fatin di bungalownya di Lombok. Mereka sempat hidup berbahagia, apalagi tak berapa lama kemudian Fatin hamil. Rimbong sangat memanjakannya. Fatin dibelikan bungalow dan kendaraan mewah, perhiasan-perhiasan mahal.

Namun setelah melahirkan Ridho, anak laki-laki, sikap Rimbong berubah drastis. Rimbong sering melecehkannya baik secara psikhis hinaan dengan kata-kata, maupun secara fisik; memukul, menjambak dan menendang. Rimbong memaksanya agar menyerahkan hak asuh Ridho kepadanya. Fatin selalu menolaknya.

Penderitaan Fatin bertambah dengan teror yang berdatangan dari istri-istri Rimbong. Puncaknya adalah istri-istri Rimbong menyambangi Fatin. Mereka berusaha merebut Ridho yang baru berumur 2 tahun. Mujur, Fatin berhasil menyelamatkan diri, disembunyikan pembantunya. Istri tua Rimbong membatalkan pernikahannya dengan alasan tidak ada persetujuan istri tua.

Fatin berkenalan dengan Frankie melalui Facebook. Frankie keturunan Indonesia yang telah lama mukim di Holland. Fatin sangat percaya akan kebaikan hati Frankie yang mau membeli seluruh aset yang dimilikinya. Bungalow dan kendaraan atasnamanya dijual kepada Frankie. Meskipun baru dibayar sebagian saja, Fatin telanjur percaya. Frankie melamarnya menjadi istrinya, memintanya datang ke Belanda.

Fatin nekad terbang ke Holland bersama anaknya. Malam itu ia sempat dikejar oleh ketiga istri Frankie, tetapi Fatin berhasil meloloskan diri naik pesawat menuju Holland.  Baru beberapa jam kebersamaannya dengan Frankie, Fatin sudah mulai tak nyaman. Frankie langsung memaksanya agar membuka kerudungnya. Saat Fatin berusaha menolak, Frankie menarik kerudungnya hingga terlepas, kemudian membuangnya ke tong sampah.

Sesungguhnya penderitaan Fatin baru dimulai di sini. Frankie ternyata selain seorang scammer juga seksmaniak. Fatin dipaksa melayani Frankie, sambil diancam anaknya akan dibunuh kalau menolak. Ridho kecil dikurung di kamar mandi, sementara Fatin diperkosa.

Demikian terus berlangsung selama dua bulan. Tak jarang Frankie memperlakukan Fatin begitu kejinya. Kelainan seks yang diidapnya membuat Frankie suka memasuk-masukkan benda ke vagina Fatin. Saat-saat inilah Fatin sering menyeru nama-Nya:”Tuhan, jangan tinggalkan aku! Tuhan, jangan tinggalkan aku!”

Perjuangan Fatin dalam meloloskan diri bersama anaknya sungguh dahsyat. Mulai dari mencari lubang di ruang bawah, menggedor dinding untuk menerobos, hingga berusaha mengirim pesan melalui internet. Frankie memergokinya, kemudian mengurung Fatin dan anaknya di lantai tiga.

Dalam keputusasaan begitu, Fatin berserah dri kepada Sang Pencipta. Ia mendirikan sholat meskipun hanya dengan tayamum. Hanya keberadaan Ridho yang membuatnya tetap bertahan dan punya semangat untuk menyelamatkan diri.

Satu malam ketika Frankie puang dalam keadaan mabuk, Fatin nekad menghantamkan botol minuman berkali-kali ke kepala Frankie. Lelaki itu terkapar. Fatin nekad turun dari lantai tiga sambil menggendong anaknya.

Salju pertama yang dilihatnya seumur hidupnya, menyambut mereka dengan hawa dingin membeku. Fatin menggendong anaknya, terus berjalan, entah berapa kilo. Ia terus berzikir dan menyeru nama-Nya.”Tuhan, hamba mohon.... Jangan tinggalkan aku, jangan tinggalkan aku!”

Dari rahimnya mengucur darah segar tapak penganiayaan Frankie. Fatin merasa sudah nyaris pingsan, ketika matanya masih bisa melihat satu bangunan. Ternyata itu sebuah kapel, gereja kecil di tengah salju yang kian menebal. Andaikan ada mesjid atau mushola, tentu ia lebih suka ke sana, Namun, inilah, kapel yang disediakan oleh Tuhan untuk dirinya dan anaknya. Agar terbebas dari nestapa.

Seorang pendeta tua, Romo Hartland, warganegara Belanda, menyambut kedatangannya. Fatin benar-benar pingsan setelah mengatakan pesan, agar Romo Hartland berkenan melindungi anaknya. Romo Hartland berjanji akan merawat mereka.

Sejak itulah Fatin dan anaknya tinggal di apartemen Romo Hartland di belakang kapel. Begitu tulus dan sungguh-sungguh Romo Hartland merawat Fatin hingga kondisinya membaik. Ia pun melindungi dan merawat Ridho dengan sangat baik, dibantu oleh Oma Roselin, istrinya yang juga menyayangi Fatin dan anaknya.

Fatin mendapatkan semangat hidup dan kepercayaan diri yang sempat hancur lebur di rumah keluarga kecil Romo Hartland. Fatin pun menyayangi anak Romo Hartland dan Roselin, yakni Hans Hartland, seorang anak laki-laki down syndrome.

Ketika Frankie memperkarakannya hingga ke pengadilan, Fatin memutuskan menerima tawaran Romo Hartland menjadi anak angkatnya.

Terpaksa Fatin melepas kewarganegaraan Indonesia, demi mendapatkan pelayanan hukum dan hak-hak yang sama seperti Frankie di Holland. Keluarga besar Romo Hartland bersama komunitas gereja mendukung Fatin sepenuhnya. Hingga Frankie dinyatakan bersalah dan harus menanggung hukuman akibat kejahatannya terhadap Fatin dan sejumlah korban lainnya.

Saat inilah Fatin merasakah Harmoni antar bangsa lintas agama. Ia tidak pernah dipaksa keluarga Romo Hartland agar melepas keyakinannya. Ia tetap bisa beribadah, berkerudung dan menikmati hari-hari yang damai.

Terbebas dari perkara hukum, Fatin mendapatkan kesempatan terbaik dalam hidupnya. Yakni disekolahkan ke Paris sebagai perancang busana. Kemudian diberi modal untuk membuka butik.

Kehidupan Fatin sudah terasa sangat baik, nyaman, ketika Romo Hartland jatuh sakit karena usia tua. Sebelum menghembuskan napasnya yang terakhir, Romo Hartland meminta Fatin agar merawat Oma Roselin dan Hans Hartland.

Fatin berjanji akan melaksanakan permintaan Romo Hartland. Tak berapa lama kemudian Oma Roselin menyusul suami tercinta. Fatin pun semakin mantap untuk merawat, mengayomi, membesarkan anaknya serta adik angkatnya Hans Hartland. Ia meminta maaf kepada ibu bapaknya di Cianjur. Meskipun ibu bapak kecewa, tetapi mereka tetap mendoakannya. Kini Fatin bisa sering mengirimkan dana untuk keluarganya.

Kariernya sebagai perancang busana melejit, busana hijab yang didesainnya memikat dunia mode. Hingga rancangannya mulai dilirik dan ditampilkan di even-even busana internasional di Paris. Satu hari ia pun diundang oleh agen besar di Indonesia untuk menampilkan rancangan busana muslim hijabnya.

Setelah 10 tahun meninggalkan Tanah Air, akhirnya Fatin punya keberanian menengok keluarganya di Cianjur. Pertemuan yang sangat mengharukan. Cerita diakhiri dengan keikhlasan orang tua Fatin melepas kepulangannya ke Holland.

“Meskipun warganegaraku, tempat tinggalku, mata pencaharianku di Belanda. Namun, darahku, jiwaku tetap tinggal di Indonesia. Aku takkan pernah melupakan akarku. Apapun yang terjadi, aku tetap Cinta Tanah Airku Indonesia!”



0 Komentar

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama