Kairo, 6 Juli 2013
Akhirnya tiba jua gelar acara Semesta
Menulis di kalangan pelajar dan Masisir, mahasiswa Mesir. Mengambil tempat di
tiga lokasi, para pemateri dibagi tiga, yakni: kelas menulis, kelas
jurnalistik, kelas broadcasting.
Kelas jurnalistik dimotori oleh Irwan
Kelana, wartawan senior harian Republika. Kelas broad casting bersama Eddy
Sukmana dan Nismah. Sementara kelas menulis bersama saya dan Sastri Bakry.
Kelas menulis mengambil tempat di
wisma KMJ. Keluarga Mahasiswa Jambi di kawasan Madinatul Nasyr.
“Awalnya kita akan gelar acara di
Sholah Kamil Al Azhar,” jelas Agus Susanto, ketua panitia.”Tapi berhubung
situasi politik di sini sedang bergolak, kami terpaksa memindahkan tempatnya.
Kita menghindari kawasan yang dipenuhi para pendemo kedua kubu, bla, bla,
bla….”
Saya tercnung agak lama, seketika ada yang membersit
jauh di lubuk hati, bagaimana tidak, pesertanya sangat menurun drastis. Awalnya
yang mendaftar sampai mencapai 700-an, sekarang terbagi tiga tinggal 100-an.
Sedih juga rasanya harus kehilangan
kesempatan berbagi ilmu yang langka ini, ternyata terkendala dengan situasi
tidak menentu, bahkan bagaikan menjelang perang.
Ketika dijemput panitia dari
penginapan di kawasan Tamaniyah, jauh dari lokasi acara, kami melewati kawasan
markas Angkatan Darat Mesir. Suasananya sungguh membuat bulu roma meremang.
Tank-tank tentara dan panser sudah siap siaga dengan segala peralatan senjata
lengkap. Aduhai!
“Mama, jangan lepas dari rombongan.
Jangan macam-macam, jangan sok nyentrik, sotoy ala seniman, ya. Awaaaas, jaga
kesehatan dan jaga diri baik-baik,” demikian pesan putriku, Butet via Whats
App.
Alamak, dunia sudah terbalik,
sekarang anak yang banyak petatah-petitih sok menasihati orangtuanya. Setiap
saat, setiap waktu, putriku mengingatkan; apakah sudah makan, apa sudah minum
obat, apa sudah cek gula darah, apa sudah tidur. Syeeetttt deeeh!
“Baiklah, mari kita buka acara
Semesta Menulis bersama Pipiet Senja dan Sastri Bakry,” suara moderator
membangunkan diriku kembali pada kekinian.
Saya persilakan Sastri Bakry mengisi
presentasi pertama, sambil bercanda dia berkilah:”Biasanya kan di mana pun
berada, maka yang senior suka belakangan.”
Balik kubalas dia sambil
terkekeh:”Iyalah, daku mengalah saja demi pejabat eselon, hihi!”
Antusias sekali para peserta mngikuti
materi yang kami berikan, hingga di akhir sesi pertama ini kami berikan
tantangan:”Apakah berani menjawab tantangan kami untuk bikin satu buku dari
Masisir? Semesta Menulis Masisir? DL-nya satu bulan, bagaimana, sepakat?”
“Sepakaaaaat!” sahut anak-anak
Masisir, kompak sekali.
Sementara langit Kairo petang mulai
tampak asap menebal di kawasan 6 Oktober. Dua kubu mulai ricuh, mereka baku
lempar batu, kembang api bahkan bom Molotov. Helikopter berputar-putar di atas
kepala kami. Suara sirine menggaung ke pelosok bumi Kinanah.
Semua terpampang jelas di layar
televise yang tak pernah berhenti ditayangkan oleh seluruh warga Mesir. Ya
Allah, semoga semuanya bisa menahan diri agar tidak terjadi perang saudara.
Lindungilah Mesir, ya Robb! (Maadi-Kairo, pagihari, 6 Juli 2013-Pipiet Senja)
Posting Komentar