Karya Dahlan Iskan: Tidak Ada Yang Tidak Bisa



Kamis, 26 Desember 2012


Cetakan Pertama: Januari 2009
Cetakan Kedua: Pebruari 2009
Cetakan Ketiga: Mei 2009
ISBN: 978-979-1490-33-7
Penerbit Jaring Pena
(Lini Penerbitan JP BOOKS)
Penulis: Dahlan Iskan
279 hal.


Buku yang ditulis oleh Dahlan Iskan ini, mengisahkan perjalanan hidup seorang anak manusia bernama asli; Kwee Tjie Hoei. Diberi pengantar oleh Rhenald Kasali, Ph.D.

Dimulai dengan lakon seorang bayi, 10 bulan, bersama ibunya yang berlayar dari Tiongkok menuju Majalaya, Jawa Barat. Sempat tertahan berhari-hari sesampainya di pelabuhan Sunda kelapa, karena sang bayi terkena penyakit yang dianggap serius oleh penguasa kolonial kala itu, demam dan diare.

Masa kanak-kanak dilaluinya dalam serba keterbatasan, demi orangtua Karmaka berhenti sekolah, kemudian menjadi buruh pabrik tekstil. Bayangkan, seorang anak SD jadi buruh di bagian pencelupan warna!

Memasuki masa remaja, Karmaka berjuang semakin keras, sebagai anak sulung diberi amanah orangtua. Ia rela berkorban demi adiknya, memilik bekerja agar adik kesayangan bisa melanjutkan kuliah di Kedokteran.

Betapa marahnya Karmaka, ketika adik yang sangat dibanggakan dan diandalkan untuk mengangkat harkat keluarga itu, malah tewas dalam kecelakaan mobil. Sejak itulah, Karmaka tak pernah pergi ke gereja.

Lim Khe Tjie, pendiri Bank NISP di Bandung, seorang pejuang kemerdekaan yang rendah hati. Ia sungguh tak salah memilih anak muda itu, Karmaka, menjadi menantu untuk putrinya, Kwei Ing.

Ketika masa peraihan Orde Lama ke Orde Baru, Lim Khe Tjie dicekal tak bisa kembali ke Indonesia, tertahan di Hong Kong. Sementara bisnis Bank NISP mengalami kesulitan besar di ambang pailit, karena banyak pengkhianat yang menggerogoti asetnya dari dalam.

Dalam perjuangannya membangun bisnis yang ditinggalkan sang mertua, Karmaka mengalami percobaan pembunuhan tiga kali. Ia terus berjuang keras, menggandeng para karyawan dan pimpinan lapis kedua untuk sama-sama mengangkat kondisi terpuruk menjadi stabil. 

Akhirnya Karmaka sukses menunaikan amanah sang mertua dalam membangun Imperium Bank NISP. 

Usia 40 Karmaka sudah divonis dokter, hidupnya hanya tinggal 5 tahun saja. Ia masih bisa bertahan selama 18 tahun. Hingga tiba pada satu titik takdir; hati dan ginjalnya harus ditransplantasi, terkena kanker kandung kemih, tulang kaki retak.

Karmaka terus berjuang, berobat selain ke USA juga mendalami pengobatan tradisional China, langsung ke Beijing, Hong Kong, menerapkan ilmu olah tubuh Tai Chi.

Hanya 3 senjata pamungkasnya: Tekad, Keyakinan dan Pertobatan. Perjalanan hidup Karmaka Surjaudaja; sungguh luar biasa. 

Penulis terkesan sekali membaca bagian di  mana Karmaka sedang diopname di sebuah rumah sakit di USA. Dalam keputusasaannya, ia mencoba melakukan "harakiri", tetapi tetap teringat dua dosa besarnya, yakni; tidak pergi ke gereja selama puluhan tahun dan telah terpaksa mem-PHK 3000 karyawan di kala krisis moneter.

Dua dosa besar, demikian anggapan Karmaka, ternyata tanpa disadari telah menggiringnya pada satu pertobatan. Karmaka kembali pada keyakinannya bahwa Tuhan itu ada!

Wajib difilmkan! 
Agar menginspirasi rakyat NKRI, mengajari kita tentang; bekerja keras, semangat juang dan pengorbanan demi keluarga, adik-adik dan mertua. Sosok Karmaka merupakan teladan sebagai pemegang amanah mertua, menyelamatkan Bank NISP mati-matian, dengan pengorbanan darah, airmata dan nyawa.

Membaca buku ini tak bisa henti sampai selesai. Kadang ita akan terbawa emosi tokoh utamanya, sedih, geram, marah dan perjuangan yang tiada habisnya, tiada istilah;menyerah!

Kita bagaikan dibawa melihat film Mandarin yang bercitarasa bumi Parahiyangan. Sedap, nikmat, meski banyak kepedihan, semua berujung dalam kebahagiaan yang begitu indah.

Salam Perjuangan!



Catatan;
Saya mendapatkan buku ini dari acara OCBC NISP 18 Desember 2012, diserahkan langsung oleh putranya Karmaka Surjaudaja yakni; Pramukti Surjaudaja yang kini menjabat Presiden Komisaris Bank OCBC NISP.

Acaranya sendiri sebagai persembahan dan kepedulian pihak Bank OCBC NISP terhadap komunitas pasien thalassemia, kali ini, memberikan sumbangan dana pendidikan kepada 102 anak thaller, Jakarta, Tangerang.

Awalnya, saya bertanya-tanya, mengapa ada Bank swasta yang mau peduli terhadap komunitas thalassemia. Setelah membaca buku ini, terjawablah sudah, Karmaka ada persamaan nasib dengan kami dalam hal kesehatan.

Saya membacanya hanya semalam, baru bisa menuliskan resensinya pagi ini, berhubung terkendala dengan segala kesibukan pengobatan serta mencari dana untuk memiliki rumah sendiri.

Buku ini, membangkitkan kembali optimisme, semangat juang dan pengorbanan yang sempat menurun dalam diri saya yang ringkih.

Terimakasih, Dahlan Iskan yang telah membesut kisah hidup Karmaka Surjaudaja sedemikian menggelombang, menggedor jiwa sesiapapun!

Pipiet Senja, penulis 124 buku, pasien kelainan darah bawaan, seumur hidup harus ditransfusi darah secara berkala, telah diangkat limpa dan kandung empedu. Kini menanti takdirNya dengan kondisi komplikasi lever dan jantung.

2 Komentar

  1. ini kisah nyata kan manini? harus hunting ni, biar lebih memotivasi diri sendiri, membaca CT pun sedikit membangkitkan semangat hidup :)

    BalasHapus
  2. Iya, kisah nyata Wina sayang, buku yang pertama kali dicetak 2009, diterbitkan oleh grupnya Jawa Pos.

    BalasHapus

Posting Komentar

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama