Bobby Herwibowo: Menghafal Al Quran Semudah Tersenyum







Minggu, 24 Juni 2012
Hotel Bidakara lantai dua Ruang Bisma, masih lengang ketika saya tiba, baru ada tiga dua orang panitia. Dua orang sedang membenahi meja untuk menggelar buku, satu sedang menyiapkan kamera. Di ruang dalam ada dua orang lagi ternyata sedang tes soundsystem.

“Silakan, Teteh, bukunya digelar sini saja,” sambut Mbak Rini ramah. Jadi, saya serahkan saja buku terbaru karyaku untuk dibazaarkan bersama buku-buku lainnya di situ.

Beberapa saat berbincang ringan dengan rekannya Bobby Herwibowo, ehm, namanya siapa ya? Dia sudah sering bepergian bersama Bobby Herwibowo ke berbagai negara agaknya. 

Kami banyak membahas tentang keampuhan akupuntur dan herba China. Maklum, lever saya masih dalam tahap recovery pun di bawah pengaruh akupuntur dan herba China.

Sosok itu, beda dua tahun usianya dengan anakku sulung, akhirnya muncul dan langsung menyalami dua-tiga peserta yang telah hadir sejam sebelum acara dimulai. Berbincang sebentar, tepatnya bernostalgia tentang suasana di Hong Kong dengan para Buruh Migran Indonesia yang belum lama saya tinggalkan.

Tepat pukul 08.10, acara dimulai. Metode Menghafal Al Qur-an Semudah tersenyum, diawali dengan perkenalan singkat sang pemateri tunggal. Dengan pembawaan sederhana dan serba ringkas, kadang diseling humor-humor segar yang membuat kita tertawa.

Misalnya tentang anekdot; gara-gara nama yang tidak beraura Islami, maka beasiswa dari Depag saat kuliah di Al Azhar, Kairo, lama keluarnya tidak seperti teman-teman lainnya, Habiburrahman si Ayat-ayat Cinta.

Tidak seperti metode hafalan dengan melihat teks dan mendengar ayat-ayat Al Quran secara terus-menerus. Bobby Herwibowo menerapkan metode yang diakuinya sebagai anugerah, ilham yang diberikan Sang Pencipta kepada dirinya, agar lebih memasyarakatkan Al Quran dengan tersenyum, ringan dan mudah.

Peserta memang digiring agar rileks, tidak tegang, tidak berpikir keras:”Gunakan otak kiri, karena beban otak kanan sudah terlalu berat.” Mulailah membaca dari arah kanan ke kiri, bukan sebaliknya sebagaimana selama ini diajarkan di sekolah.

Melalui ilustrasi-ilustrasi yang tersaji, baik di buku modul yang dibagikan, maupun tergelar di layar LCD, kita pun mulai menghafal. Sebagai pilihan saat ini adalah Surat Ar-Rachman 1 – 78 ayat.

Ilustrasi, tanda kait, ayat demi ayat diingat, dihafalkan, sekaligus berikut; tajwid, mahraj dan maknanya.

Saya pribadi, maklum sudah nenek dan pernah mengalami 3 kali in-coma, mengikutinya dengan; paham dan tidak paham. Maksudku, ada yang bisa dengan mudah kupahami, kuhafal dan kuingat dengan baik saat disebut; satu, dua, tiga, empat, lima dstnya.

Mereka itu, di benakku jadi berseliweran campur baur antara; ilustrasi, nama-nama, istilah, huruf latin dan Arab.

Saya coba berusaha keras untuk santai dan menerima seluas-luasnya, pikiran dikosongkan, dibiarkan segala hal yang disampaikan pemateri, dimasukkan di satu sisi memori ini. Semoga menjelang lansia tidaklah cepat hilang, sungguh, satu hal yang paling ditakutkan penulis adalah kehilangan memori, kepikunan.

“Bagaimana, kita mulai dari ayat 1 sampai 14?”
“Siaaaaap!”
“Membaca Al Quran….”
“Mudaaaah!”

Ajaib sekali, ternyata kebanyakan berhasil menghafalnya dalam tempo singkat!
“Subhanallah,” gumamku terheran-heran sendiri. Lama saya tercenung dan mensyukurinya. Ini bisa diterapkan bagi lansia yang pernah stroke juga, pikirku berdecak-decak sendiri.
Ya, saudara!

Meskipun masih ada yang terbalik-balik, ternyata saya pun bisa juga menghafalnya 1 sd 25 ayat dari surat Ar-Rahman. Ini sungguh keajaiban, anugerah-Nya yang sangat patut disyukuri. Mengingat tiga kali pernah in-coma dan kehilangan sebagian memori di otakku alias ada yang suka error.

Intinya, begitu disebut ayat satu, yang terlintas adalah ilustrasi seorang bernama Abdurrahman; Ar-Rahman.

Ayat dua, ilustrasi seorang guru agama bawa-bawa Al Quran, menanyakan alamat kepada orang: alamal quran.

Ayat dua, ilustrasi waktu bayi si Abdurrahman suka makan kolak sampai suhu badannya tinggi, dikasih insan; holaqol insan.

Ayat empat, ilustrasi si kecil Abdurrahman suka ceramah di Majelis Al Bayan. Ada orang tua berseru, takjub; alamak pandai kali nih anak; alamal bayan.

Ilustrasi yang dibuat terkesan lucu, membuat kita mesem-mesem. Metode begini memang tergantung bagaimana kita menerimanya dan menafsirkannya. Ada peserta yang menanyakan; apakah metode ini sudah didiskusikan atau dimintai semacam lisensi dari para ulama?

Ya, memang bagaimanapun metode yang diajarkan, kita bisa menerima atau sebaliknya menolak, tergantung individu masing-masing.

Bagi saya pribadi, metode cara mudah menghafal Al Quran semudah tersenyum begini, tetaplah sangat bermanfaat. Saya akan mentransfernya kepada sahabat, handai-taulan, spesial anak, terutama dua cucu kesayangan; Zein dan Zia. Insya Allah!

Terima kasih, Ustad Bobby Herwibowo, telah mengundang teteh spesial alias tidak harus membayar. Sudah tersenyum dan sukacita sepanjang mengikutinya, mendapat makanan enak di hotel bagus pula, dan terutama; Ilmu yang bermanfaat sekali. Alhamdulillah, sungguh patut disyukuri.

Maka, nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan? (Pipiet Senja, Hotel Bidakara-Jakarta)






4 Komentar

  1. Subhanallah, inspiring ya ustadz Bobby ...

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah, sangat mencerahkan, mas!

    BalasHapus
  3. bukaanya kebalik metode ini menggunakan otak kanan. diatas ditulis " gunakan otak kiri otak kanan bebannya sudah berat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ah sebodo amat dg kanan kiri deoan belakang.... Yang penting isinya bung. Ga ush di persulit dan di perdebatkan bego amat idup lu

      Hapus

Posting Komentar

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama