Jejak Langkah Putriku: Adzimattinur Siregar, SH


13270172711439087593


Catatan Cinta Ibu dan Anak: Tinggal Selangkah Dari Kematian
Inilah buku hasil kolaborasi ketiga dengan putriku Butet alias Adzimattinur Siregar. Kami menggarapnya sepanjang tahun 2009, ketika diriku dalam kondisi sakit parah. 

“Kita harus punya buku lagi, ya Mama,” cetus Butet saat mendampingiku ditransfusi, dirawat di rumah sakit Sukanto, Kramat Jati. “Jadi, mohon Mama jangan pernah berpikir untuk meninggalkan Butet sekarang. Oke, Mom sayang, Mom cantik, Mom tangguh, Mom hebat,” ceracaunya.

Aku terharu sekali melihat kasih sayang dan baktinya terhadap diriku yang sedang tak berdaya. “Oke, anakku yang cantik dan solehah. Kita detlenannya, kapan?”

“Hmm, bagaimana kalau pasca operasi Mama saja?”
“Mama tahu, biar Mama tidak meninggalkanmu saat diuyek-uyek di meja operasi. Karena ada janji denganmu, iya kan?” aku meledeknya.

Dia cengiran saja sambil meraih bahu-bahuku, kemudian memelukku erat-erat seakan ingin mengalirkan seluruh energi yang dimilikinya. Kurasakan dia memang masihlah sangat membutuhkanku, sehingga dalam hati aku berjanji; akan berjuang dan bertahan!

Jadilah, proyek buku kolaborasi ini dimulai awal Mei. Aku menuliskan secara runtut peristiwa demi peristiwa yang kualami baik selama diopname, maupun selagi berjuang mencari dana dalam rangka mempertahankan sepotong nyawaku ini.

Acapkali kami berdua menelisik hasil tulisan masing-masing di ranjang rumah sakit, ketika pasien lain dikunjungi sanak famili membesuk. Karena kami perantau, kaum famili kebanyakan di Cimahi. Jarang sekali yang datang membesuk diriku, apalagi secara rombongan dan berjamaah demikian.

Tak jarang pula kami mengkreatnya malam-malam, selepas aku terbebas dari selang transfusi. Ketika pasien di sebelah-menyebelahku mengaduh atau bahkan ada yang sedang sekarat. Kami membenamkan segala gundah-gulana, hiruk-pikuk rasa kesakitan sekitarnya dalam tulisan.

Sering air mata kami berdua bercucuran, terutama saat aku akhirnya berhasil keluar dari ruang ICU, setelah dinyatakan in-coma selama lima hari. 

“Jangan lupa, Nak, tuliskan, ya, rekam peristiwa yang kita alami barusan,” pesanku ketika dengan susah-payah, sebuah perjuangan hebat kurasa, mereka akhirnya memindahkan diriku dari ruangan yang berseliweran Malaikat Maut itu ke ruangan rawat biasa.

“Iya, Mama, iya,” janji Butet seraya berulang kali menciumi pipi-pipiku, mengusap-usap lenganku atau mengelus-elus kepalaku sepenuh sayang.

Ketika aku mulai sembuh dan bukunya telah terbit, undangan bedah bukunya  berdatangan kepada kami. Dengan Catatan Cinta Ibu dan Anak, kami pun melanglang ke pelosok Tanah Air.

Membuat karya kolaborasi macam ini sungguh telah membuat ikatan batin antara ibu dan anak, aku dengan putriku semakin terpelihara dan kuat dari saat sebelumnya. Dalam perjalanan berdua itulah kami bisa salingcurhatan, bahkan untuk hal remeh-temeh sekalipun.

Kami saling belajar dengan buku, saling mendukung dan tentu saja kami pun sama mempromosikannya dengan gencar, menjualnya secara online.

@@@

0 Komentar

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama