Bobby Herwibowo: Catatan Cinta dan Dakwah




Oleh: Bobby Herwibowo

Bismillahirrahmanirrahim....
Ayah saya, kami biasa memanggilnya Papi adalah seorang pengusaha. Tahun 80-an seorang rekan bisnis mengajak beliau berkunjung ke Hong Kong. Zaman itu naik pesawat saja sudah sesuatu banget. Apalagi sampai ke Hong Kong, negeri Jackie Chan, Bruce Lee, dan pahlawan jago berantem lainnya.

Nah, dengar Papi mau ke sana, saya langsung merasa bangga. Gak tahu apa yang dirasa oleh Papi sendiri. Kebayang saja, pasti beliau bakal bawa oleh-oleh asyik yang belum pernah kita lihat di Indonesia.

Beberapa hari Papi melakukan bisnis trip di Hong Kong dan pulang lagi ke Indonesia. Saya ingat Papi bawakan mainan remote control buat saya. Senangnya bukan kepalang, dan mainan itu saya bawa ke mana-mana. Beberapa kawan saya ajak menikmati mainan itu.

Papi cerita tentang Hong Kong. Cerita yang bisa saya tangkap adalah di sana amat maju dengan aktivitas bisnis luar biasa. Tapi cerita itu semua tidak ada yang mudeng di telinga saya. Cuma yang saya tangkap satu hal sangat penting dari tutur beliau tentang Hong Kong saat itu adalah; susah nyari makan halal dan sholat. 

Masjid susah dan kamar hotel sempit. Ditunjukkannya foto kegiatan beliau saat mengunjungi Hong Kong yang cuma sekali-kalinya itu. Kami semua kagum melihat foto-foto, hingga kini Mami tercinta masih menyimpannya.

Papi meninggal dunia pada Februari 2005. Berkunjung ke Hong Kong sepeninggal Papi pun masih belum terlintas di benak saya.

Dakwah di jalan Allah Swt menjadi cerita tersendiri yang menggurat garis hidup saya. Tak pernah terlintas kan di benak Anda ada seorang da'i bernama Bobby?
Mungkin, bagi kedua orang tua saya pun tidak pernah terlintas dalam benak mereka. Hingga mereka memberi nama saya Bobby, seperti keenam saudara saya yang tidak seorang pun didesain hidupnya untuk berkhidmat di jalan agama Allah Swt.

Jalan hidup dan takdir yang Allah gariskan. Setamat SMP saya mengambil jalur pendidikan di pesantren. Lalu makin asyik menimba ilmu agama di Universitas Al Azhar, Cairo, Mesir. Ilmu yang Allah Swt titip, coba saya salurkan ke semua ummat di mana  pun saya temui.

Subhanallah.... Tabaarakallah... pada 2009 akhirnya saya berkesempatan untuk berkunjung ke Hong Kong. Bukan untuk bisnis, seperti Papi. Namun untuk dakwah di jalan Allah Swt.

Hanya segelintir orang saat itu yang saya kenal ataupun mengenal saya di sana. Abdul Ghofur dari Dompet Dhuafa Hong Kong yang menjadi wasilah saya berkunjung ke sana.

Mami, istri, keluarga, abang, saudara dan keluarga besar turut senang atas rencana kunjungan ke Hong Kong. Kembali, foto-foto lama Papi yang berumur hampir 30 tahun dibuka utk ditunjukkan kepada saya. 

Foto-foto itu tidak menarik perhatian saya. Sebab saya masih terngiang kalimat papi dulu bahwa di Hong Kong susah cari makan halal dan gak ada masjid.

Hari itu pun saya berangkat. Dan hanya dalam hitungan empat jam yang singkat sudah tiba di negeri beton. Suasana bandara Hong Kong cukup bersahabat. Banyak sekali orang Indonesia dalam penerbangan satu pesawat yang berkunjung ke sana.

Begitu pintu pesawat terbuka, ocehan dan obrolan dalam bahasa Indonesia masih terdengar. Obrolan itu pun mulai sayup begitu sampai di antrian imigrasi. Penumpang pesawat dari Jakarta kini sudah membaur dengan penumpang dari banyak negara lain.

Imigrasi sudah terlewati. Koper juga sudah diambil. Begitu sampai di pintu luar saya mulai agak khawatir. Tidak seorang pun di bandara Hong Kong yang saya kenal. Padahal pengunjung bandara sangat ramai.

Alhamdulillah, terlihat;ah 2 orang wanita berkerudung menyeruak dari kerumunan. Meski belum kenal mereka menunjukkan senyum keakraban. Saya yakin, ini pasti panitia penyelenggara. Mereka memperkenalkan diri lalu mereka membawa saya pergi meninggalkan bandara.

Sesampainya di kamar hotel, banyak sekali makanan enak yang mereka bawakan. Malahan beberapa kali, mereka mengajak saya makan enak di restoran yang terjamin halalnya.

Masjid yang saya kunjungi pun alhamdulillah banyak jumlahnya. Besar space-nya dan makmur jemaahnya. Hari Ahad saya pun berbagi ilmu dgn BMI Hong Kong yang tidak kurang dari 1000 orang peserta.

Itu kali pertama saya ke Hong Kong dan memiliki kesan yang luar biasa. Allah Swt tunjukkan kepada saya Hong Kong bukan hanya pusat bisnis dan perdagangan. Sisi beda yang Dia Swt tunjukkan kepada saya bahwa Hong Kong adalah kota dakwah dan ibadah.

Tidak terasa kini saya sudah berulang kali mengunjungi Hong Kong dengan misi yang sama. Meski banyak saya lihat pamflet, billboard dan poster porno bertebaran di mana-mana, namun akhwat yang saya kunjungi di sana selalu memakai hijab rapih dan rapat.

Saya dengar ratusan da'i sudah pernah menginjakkan kaki di negeri sempit itu. Terakhir, saya dapat kabar bahwa aksi pemurtadan, klenik dan syirik sudah mulai menjangkit di tubuh BMI.

Saya prihatin namun saya masih tetap optimis. Selagi berada di perantauan dan hati selalu tertaut kepada Allah Swt tempat kita bersandar, insya Allah, iman dan akidah BMI semua akan senantiasa Allah jaga.

Terus semangat menjaga ibadah antunna semua di sana!
Pernah saya merenung, boleh jadi di tengah maksiat dahsyat yang dilakukan di sana. Hong Kong masih bertahan sebab ibadah kepada Allah Swt masih dilakukakan oleh segelintir hamba-Nya di sana, dan saya yakin BMI termasuk di antara mereka.

Wassalam
Bobby Herwibowo

@@@



0 Komentar

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama