Tanggapan untuk Pidato Bapak Presiden RI
OPINI | 03 September 2010 | 10:16 620 27Prolog; saya sekeluarga sempat adu-debat, sampai mirip beranteman begitulah, membahas konflik Indonesia-Malaysia. Intinya, kita geraaaam, niaaan!
Nah, berikut adalah tanggapan Butet, putri saya tentang pidato Presiden kita.
Yth. Bapak Presiden RI;
Anda pastinya tidak kenal saya. Saya juga tidak kenal Anda secara pribadi selain di media, dan terutama saat Anda mengucapkan sumpah pada pelantikan.
Anda mungkin tidak peduli tanggapan saya. Gak apa-apa, karena saya sangat peduli Anda.
Saya jatuh cinta pada komik Doraemon sejak kecil, dan Papa Nobita menurut saya sangatlah lucu, gendut-gendut menggemaskan.
Nah, ketika saya melihat Anda dengan janji-janji di Pemilu yang lalu, saya sungguh jatuh cinta kepada Anda. Janji Anda manis, saya suka yang manis-manis. Pipi Anda yg tembem sepertinya cukup menjanjikan untuk dikunyah-kunyah.
Baik karena mulai melantur, saya lanjutkan saja. Pertama, izinkan saya memberi tahu bahwa saya sungguh menanti-nantikan pidato Anda yang kemarin, ini lho yang di; http://www.presidenri.go.id/index.php/pidato/2010/09/01/1473.html …
Betapa disayangkan sekali, ada beberapa kekecewaan yang sungguh saya harus ungkapkan. Kalau tidak, saya bisa mati menahan segala kekesalan sendirian. Saya ingin Anda kesal bersama saya.
Dalam pidato Anda kemarin, Anda terlalu jelas mengekspose hubungan ekonomi Indonesia-Malaysia, dengan memaksakan sudut pandang di mana Indonesia terlihat diuntungkan oleh Malaysia. untuk apa? Jelas sekali untuk membujuk rakyat yang sudah geram agar tidak bertindak secepatnya.
Sayang sungguh disayang, Pak, rakyat Indonesia tidak sebodoh itu. mereka tahu, hubungan ekonomi Indonesia dengan negara lain juga sama menguntungkannya. Tapi toh kita tidak mengizinkan negara lain menginjak-injak kita seperti yang dilakukan Malaysia.
So, sorry, we dont buy your argument; *mengibaskan tangan gak sabaran*
Kedua, kalimat ini tolol: “Saya telah mengirim surat kepada Perdana Menteri Malaysia, yang intinya menyampaikan keprihatinan yang mendalam atas terjadinya insiden tersebut.”
I just wanna slap u to wake u up.. dude!
Bukan saatnya lagi kirim-kiriman surat.
Menyedihkan sekali melihat mental Presiden dengan negeri sebesar ini tidak punya nyali untuk langsung mendatangi Malaysia. Untuk apa? Bicara?
Tapi untuk menggertak! Saya lebih setuju dan lebih masuk akal lagi jika Anda, sekali-sekali, jalan dan mampir di KBRI kita. Lihat gimana amburadulnya kinerja mereka! Wajar TKI kita diacak-acak, jadi santapan majikan-majikan dan agen gila!
Ketiga; “Yang jelas, di masa depan, insiden seperti ini harus kita cegah.” dan kalimat-kalimat selanjutnya hingga akhir, menurut saya cuma sekedar bullshit yang abstrak. Ideal banget, kilasan kata-kata “dipercepat”, “menjaga keharmonisan”… blaaa blaaa blaaa!
Sungguh, tanpa gambaran konkrit seperti apa tindakan selanjutnya!
Duh, dengan penuh cinta, harus saya nyatakan: saya sungguh berharap tempohari itu saya memilih anak STM yang doyan tawuran sebagai Presiden ketimbang Anda. Setidanya mereka punya harga diri dan tidak membiarkan dirinya diinjak-injak, apalagi negaranya sendiri.
But, whatever…Toh ini negerimu sendiri.
Saya hanya menyampaikan aspirasi yang sepertinya takkan pernah sampai kalau disalurkan ke DPR. Mereka lagi sibuk berebutan antrian Spa di gedung DPR baru nampaknya, ya Pak!
See you one day… Suatu hari, mungkin, tepatnya ketika saya dan segenap rakyat sudah terlalu kesal dan tidak lagi menyampaikan kemarahan kami melalui kata-kata. We’ll come after you.
(Adzimattinur Siregar, mahasiswi FH UI semester 7)
Posting Komentar