Makna Kehadiran Kohejin di Acara Ngunduh Mantu Mega-Dio

Makna 



Rosadi Jamani

Kohejin akhirnya hadir di acara ngunduh mantu nikahan Mega-Dio. Luar biasa pelatih voli asal negeri Nohran ini. Mari kita kulik acara sakral ini sambil seruput kopi di lantai 9 Hotel Mahkota Singkawang.


Pada Sabtu, 12 Juli 2025, umat manusia di Bumi, dan kemungkinan beberapa alien di orbit rendah, dikejutkan fenomena sosial berskala planet bernama Ngunduh Mantu Megawati Hangestri dan Dio Novandra. Bukan, ini bukan pertemuan G20, bukan pula heboh Sekda Singkawang dijebloskan ke penjara. Ini lebih besar, dua insan akhirnya menyerah pada sistem sosial bernama pernikahan.


Diselenggarakan di Graha YKP, Rungkut, Surabaya, lokasi ini mendadak disulap menjadi panggung teatrikal penuh pastel, linen putih, dan peluh tamu undangan yang tak kebagian kipas. Di sanalah, manusia kembali merayakan ritual kuno bernama nikah, sebuah praktik sosial yang telah eksis sebelum dinosaurus pun mengenal sabun.


Megawati, sang atlet voli berskala internasional, tampil memukau seperti dewi Athena turun ke bumi, sementara Dio, well, kita semua sepakat dia beruntung. Mereka berjalan pelan, tangan bersatu, bukan karena romantis, tapi karena sudah latihan berbulan-bulan agar tidak tersandung dekorasi bunga kertas dan ujung dress 12 meter.


Sambutan pertama datang dari Megawati, yang dengan sopan mengucapkan terima kasih kepada tamu dari Jember, Jakarta, dan tentu saja Korea Selatan, karena kalau tidak, mungkin nanti pelatih Red Sparks mogok makan dan unfollow Mega di Instagram.


Lalu muncullah Kohejin, sosok yang membuat tamu undangan histeris bak melihat bintang K-drama live-action. Tamu pun lupa pada pengantin, demi selfie bersama pria Korea berbaju putih yang tidak menyadari bahwa setiap jepretan akan disebar ke 47 grup WhatsApp keluarga.


“Mega, selamat ya. Semoga bahagia bersama Dio,” ucap Kohejin yang dengan tenang meluncurkan quote of the year, “Mega adalah pemain terbaik dalam kehidupanku.”

Kalimat ini sukses membuat separuh tamu mewek, separuh lagi berharap itu bukan sindiran untuk mantan mereka yang dulu bilang, “Kita terlalu beda.”


Acara pun berlanjut dengan sesi foto satu per satu. Ini bukan nikahan, ini museum interaktif. Setiap tamu naik ke pelaminan seperti antre vaksin booster ke-10, lalu senyum manis, cekrek, lalu disuruh turun seperti sedang ikut lomba panjat pinang tapi versinya full makeup.


Tak ketinggalan, Emil Dardak main piano sambil nyanyi lagu Korea. Karena apa? Karena pernikahan Indonesia zaman sekarang harus ada unsur drakor kalau tidak mau dianggap “biasa aja.” Tamu-tamu mendadak sadar, ini bukan ngunduh mantu biasa. Ini lebih spiritual dari khutbah nikah KUA, lebih menyentuh dari naskah Titanic, dan lebih trending dari resep cilok gluten-free.


Dalam ruang filsafat absurd, pernikahan ini adalah simfoni antara tradisi dan citra. Sebuah upaya bersama untuk menaklukkan tekanan sosial dengan gaun mewah, lighting bagus, dan caption Instagram yang dikurasi seperti pameran seni. Pernikahan bukan sekadar penyatuan dua hati, tapi penyatuan antara engagement rate, branding pribadi, dan diplomasi antarnegara.


Beberapa tamu bahkan mengaku lebih gugup saat ketemu Kohejin ketimbang saat akad nikah mereka dulu. Seorang ibu-ibu sempat bilang, “Saya rela hadir walau anak saya sendiri nikah hari ini.” Itulah kekuatan fandom dan nasi kotak berlapis tupperware.


Jangan lupakan Giovanna Milana, yang datang dari AS hanya untuk menangis melihat Mega menikah. Tangisan yang lebih tulus dari pengakuan dosa dan lebih panjang dari durasi sinetron. Sebuah air mata yang mampu membasahi lembaran sejarah Red Sparks.


Tentu, tidak semua hadir. Sang libero, si ehen NohRan, absen. Sedih, wak! Mungkin sedang mengalami fase eksistensial ala Sarte. “Jika aku hadir, apakah itu akan mengubah realitas pernikahan mereka?” Atau mungkin tiket pesawatnya mahal. Seruput kopi lagi, pahit..wak!


Pada akhirnya, acara ini membuktikan bahwa nikah itu bukan soal siap atau tidak, tapi soal apakah sampeyan bisa membuat pernikahanmu trending dan dihadiri selebriti lintas benua. Pernikahan zaman sekarang sudah naik kasta, bukan hanya akad, tapi acara, bukan sekadar janji suci, tapi juga content creation.


Maka berbahagialah wahai Dio dan Mega, kalian tidak hanya menikah, kalian melampaui batas realitas. Ini bukan wedding, ini epic social spectacle with international diplomacy bonus.


Selamat menempuh hidup baru, semoga bahagia, samawa.

#camanewak

Rosadi Jamani 

Ketua Satupena Kalbar

0 Komentar

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama