Jelajah Nusantara: Nantikan di IBF 2023

 


Paket Jelajah Nusantara

Karya Pipiet Senja

 

Paket I : Jelajah Sumatera

1.   Jelajah Aceh: Keajaiban Museum Tsunami

2.   Jelajah Sumatera Utara: Jejak Dakwah Pangeran Rao

3.   Jelajah Sumatera Barat: Asal Legenda Si Malin Kundang

4.   Jelajah Jambi: Anak Kerinci Jadi Sultan

5.   Jelajah Bengkulu: Pesona Bumi Raflesia

6.   Jelajah Bangka Belitung: Nuansa Bakau Mangrove

7.   Jelajah Sumatera Selatan: Cantiknya Kain Songket

8.   Jelajah Lampung: Gajah Pintar Way Kambas

 

Paket II : Jelajah Jawa dan Bali

1. Jelajah Jakarta: Kota Tua Riwayatmu Kini

2. Jelajah Banten: Pesona Pulau Sangiang

3. Jelajah Jawa Barat: Permai Alam Parahiyangan

4. Jelajah Yogyakarta: Nuansa Laut Selatan

5 .Jelajah Jawa Tengah: Karimunjawa Nan Menawan

6. Jelajah Jawa Timur: Bumi Para Wali

7. Jelajah Bali: Pengasong Cilik di Kintamani

 

Paket III: Jelajah Indonesia Timur

1.  Jelajah Nusa Tenggara Barat: Mutiara Dari Selatan

2.  Jelajah Nusa Tenggara Timur:

3.   Jelajah Sulawesi Utara:

4.  Jelajah Sulawesi Selatan:

5.  Jelajah Kalimantan Barat:

6.  Jelajah Kalimantan Selatan

7.  Jelajah Papua:

8.  Jelajah Tembagapura:


Paket Jelajah Nusantara

Usia: 5 – 12 Tahun

 

 

 

 

 

Kota Tua Riwayatmu Kini

1

 

 

Pipiet Senja

 

 

 

 

Ilustrasi

Keluarga Zidan; Ayah, Bunda, Zidan dan Rolin

Ayah, Muslim berumur 35, Konsultan IT

Bunda, Muslimah berumur 35, Prajurit TNI/Kowal

Zidan, anak laki-laki 11 tahun kelas 6 SD, cerdas berkacamata

Rolin, anak laki-laki, Balita lucu, pintar, menggemaskan

Keluarga Qania: Abi, Ummi dan Qania

Abi, Muslim berumur 30, Musisi Nasyid

Ummi, Muslimah berumur 30, Notaris

Qania, anak perempuan 9 tahun kelas 4 SD, cantik, kreatif

 

 

 

 

 

 

Pengantar

 

Assalamu’ alaikum wr.wbb.

Selamat pagi, siang, dan sore, Anak Indonesia.

Kita jumpa kembalii dengan Zidan, Rolin dan Qania.

Pernahkah kalian diajak ayah-ibu untuk berwisata?

Pasti pernah, ya!

Zidan, Rolin dan Qania diajak Jelajah Jakarta.

Ternyata tidak bisa dijelajahi dalam sehari.

Banyak sekali tempat-tempat menyenangkan di sekitar Jakarta.

Ada Taman Mini Indonesia Indah.

Ada Dunia Fantasi.

Tak kalah menariknya adalah Kota Tua.

Kota Tua peninggalan zaman Belanda.

Kota Tua yang sangat berbeda kini.

Penasaran, ya, anak-anak Indonesia?

Mari, kita ikut Jelajah Jakarta.

 

Salam Luar Biasa, Anak Indonesia.

Pipiet Senja

1

Apa kabar, sahabat anak Indonesia.

Semoga selalu dalam ridho Allah SWT

Kali ini kita akan Jelajah Jakarta.

Jakarta Ibukota Republik Indonesia.

Siapkan fisik dan semangat jalan-jalan, ayo!

Ilustrasi: Zidan, Rolin dan Qania mengenakan pakaian adat Betawi.

 

2

Pagi itu keluarga Zidan dan Qania sudah siap.

Mereka berkumpul di rumah keluarga Zidan di Depok.

“Mengapa jelajahnya di Jakarta dulu, Ayah?”

Nah, Zidan kumat banyak bertanya.

“Jakarta adalah Ibukota Republik Indonesia,” jawab ayahnya.

Ilustrasi: Keluarga Zidan dan Qania berkumpul di rumah Zidan, Depok.

 

3

Bermula kota pelabuhan Sunda Kelapa.

Saat itu dikuasai oleh Kerajaan Hindu Pajajaran.

Menjadi pusat perdagangan memikat bangsa Portugis.

Portugis masuk mau membangun benteng di Muara Ciliwung.

Tahun 1527 Pangeran Fatahillah menguasai Sunda Kelapa.

Ilustrasi: Ayah Zidan cerita sejarah Jakarta di depan Zidan, Qania dan Rolin.

 

4

Pangeran Fatahillah mengubah namanya jadi Jayakarta.

Jayakarta semakin berkembang pesat.

Bangsa Eropa, Belanda, Portugis dan Inggris berdatangan.

Abad ke 17 Jayakarta dikuasai oleh Belanda.

Namanya diubah menjadi Batavia.

Ilustrasi: Zidan, Qania dan Rolin penasaran dengan kelanjutannya.



5

Saat itulah dibangun kanal-kanal di tengah kota.

Belanda lama juga menguasai Batavia.

Sekitar tiga abad dari 1619 sampai 1942.

Datang Jepang mau ganti nama Jakarta Tokubetsu Shi.

Jepang kalah dan Indonesia merdeka:”Hidup Jakarta!”

Ilustrasi: Anak-anak bersorak gembira, mengacungkan kepalan tangan segala.

 

6

“Tahukah Pahlawan Nasional Jakarta?” tanya Ayah Zidan.

“Bang Jampang!” kata Qania.

“Si Pitung kaliiii!” Zidan menukas.

“Iya, kita sudah nonton filmnya.” Rolin sepakat.

“Itu sih nama tokoh dalam cerita,” bantah Ayah Zidan.

Ilustrasi: Anak-anak berebut menjawab pertanyaan Ayah Zidan.

 

7

Satu Mohammad Husni Thamrin.

Dua Wage Rudolf Supratman.

Tiga Ismail Marzuki.

Empat Abdulrachman Saleh.

Lima Piere Tendean.

Ilustrasi: Anak-anak memperhatikan foto kelima Pahlawan Nasional Jakarta.

 

 

8

Esoknya mereka siap menuju Jakarta.

“Kita mau ke mana dulu, Yah?”

Ayah menepuk jidat.”Oh, itu! Monas!”

“Masih pagi belum buka tiket masuknya, Bang,” kata Mama Qania.

“Kita ikutan olahraga dulu seperti orang-orang,” ajak Ayah Zidan.

Ilustrasi: Keluarga Zidan dan Qania bergabung Olga di sekitar Monas.

 

10

Sambil jogging anak-anak menyimak Ayah Zidan.

Selain Stadion Gelora Bung Karno, GBK.

Jakarta kini punya stadion bertaraf internasional.

Namanya Jakarta International Stadium, JIS.

Taman seluas 66,6 hektar aset Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Ilustrasi: Zidan takjub lihat kemegahan Jakarta International Stadium, JIS.

 

11

Siangnya mereka naik lift menuju puncak Monas.

Di lantai bawah ada Diorama.

Sejarah Jakarta sejak zaman dahulu kala.

Semuanya dipajang di dalam etalase.

Dari puncak Monas bisa melihat pemandangan Ibukota.

Ilustrasi: Keluarga Zidan dan Qania berada di puncak Monas.

 

12

“Kita lanjut Jelajah Kota Tua,” ajak Mama Qania.

“Di mana itu, Ummi?” Qania penasaran.

“Di seberang Stasiun Kota,” jelas umminya.

“Nah, inilah Kota Tua….”

“Sudah banyak perubahannya….”

Ilustrasi: Zidan dan keluarga memasuki kawasan Kota Tua.

 

 

13

“Di sini ada macam-macam Museum, Nak,” ujar Ayah Zidan.

“Apa saja, Ayah?” Zidan penasaran.

“Ayo, kita jelajahi saja semampu kaki kita, ya,” ajak Abi Qania.

“Ayo, siapa takuuut!” sambut anak-anak kompak sekali.

“Semangaaat!” seru Rolin mengikuti Zidan dan Qania.

Ilustrasi: Keluarga Zidan menikmati keunikan Kota Tua.

 

14

Ayah Zidan memaparkan tentang sejarah Kota Tua.

Zaman Belanda Kota Tua dikenal dengan nama Batavia Lama.

Terkenal juga sebagai Permata Asia dan Ratu dari Timur.

Lokasinya strategis jadi pusat perdagangan di Asia.

Sumber dayanya melimpah ruah.

Ilustrasi: Zidan, Qania dan Rolin menyimak sejarah Kota Tua yang dipaparkan Ayah

Zidan.

 

15

Pada tahun 1972 Gubernur Ali Sadikin mengeluarkan dekrit.

Kota Tua sebagai Situs Warisan.

Artinya melindungi dan melestarikan arsitek Kota Tua.

Kini walaupun sudah mengalami perombakan

Masih ada sisa arsitek gaya Eropa.

Ilustrasi: Zidan, Rolin dan Qania berfoto ria di depan  Masjid Fatahillah.

 

16

Ada Museum Bank Indonesia, Museum Sejarah Jakarta.

Museum Maritim dan Museum Bank Mandiri.

”Ada Museum Wayang, Museum Keramik juga!” seru Zidan.

Di Museum Mandiri Qania bersikeras singgah.

“Lihat, ada acara baca puisi. Jadi kangen Manini,” ajak Qania.

Ilustrasi: Qania serius menyimak acara Literasi, penyair baca puisi.

 

17

Kawasan Kota Tua diberlakukan Low Emission Zone.

“Apa artinya LEZ, Ummi?” Qania bertanya.

“Kawasan rendah emisi. Meningkatkan kualitas udara,” papar Ummi Qania.

“Jalanan di Kota Tua dilapisi antiskid atau antilicin.”

“Agar para pemotor tidak lagi tergelincir.”

Ilustrasi: Keluarga Zidan dan Qania naik sepeda melintasi kawasan Kota Tua.

 

18

Ternyata butuh waktu untuk berkeliling di Kota Tua.

Mereka sudah banyak juga melihat-lihat lokasinya.

Mulai dari bangunan bersejarah.

Hingga bangunan modern hasil perombakan.

Kota Tua sungguh berseri dengan wajah muda kembali.

Ilustrasi: Potret Gubernur Anies Baswedan meresmikan revitalisasi Kota Tua.

 

19

“Kita istirahat dan makan dulu, ya Yah?” Bunda Zidan mengingatkan.

“Kita makan di Kafe Nusantara,” ajak Ummi Qania.

“Aku mau makan Soto Mie Bogor,” ujar Qania.

“Aku suka makanan Padang,” sambung Zidan.

Semua tertawa geli ketika Rolin berkata:”Susu dulu, Ndaaa….”

Ilustrasi: Zidan, Qania dan Rolin asyik santap siang di Kafe Nusantara.

 

20

“Ada penginapan Bobobox di Kota Tua,” cetus Ayah Zidan.

“Oya, hotel Kapsul itu!” sambut Abi Qania.

“Murah meriah dan nyaman,” lanjut Ummi Qania.

“Musim liburan begini mungkin sudah penuh,” kata Bunda Zidan.

“Tenang saja. Ayah sudah pesan online 3 Kapsul,” ujar Ayah Zidan kalem.

Ilutrasi: Zidan, Qania dan Rolin senang sekali menginap di Bobobox.

 

21

Esoknya mereka sholat subuh di Masjid Luar Batang.

Dilanjutkan ke Pelabuhan Sunda Kelapa, Pasar Ikan.

“Sarapannya hidangan seafood di Pasar Ikan, anak-anak,” ajak Ayah Zidan.

“Asyiiiik, pesta seafood!” Qania dan Rolin berjingkrak, girang.

“Heee, alhamdulillah begitu,” tukas Zidan mengingatkan.

Ilustrasi: Keluarga Zidan dan Qania beriringan menuju Masjid Luar Batang.

 

22

“Kita mau lanjut ke mana sekarang, Bunda?” Zidan bertanya.

“Kita ke Taman Mini Indonesia Indah,” jawab Bunda Zidan.

“Kapan ke Dunia Fantasi, Uwak?” tanya Qania.

“Kalau masih siang, kita lanjutkan!” janji Bunda Zidan.

“Asyik, Dufan!” seru Zidan, Qania dan Rolin.

Ilustrasi: Zidan, Qania, Ayah dan Bunda memasuki kawasan TMII.

 

23

Di TMII ada banyak bangunan dan budaya Indonesia.

Bangunannya disebut Anjungan. Semua propinsi ada di sini.

Zidan berseru senang diajak naik kereta layang.

“Ini namanya Monorail,” jelas Bunda.

“Seperti nama ayam bakar. Hihi,” komentar Zidan.

Ilustrasi: Anjungan DKI, Jabar, Jateng, Jatim, Bali. Dari Sabang sampai Merauke.

 

24

Begitu turun dari Monorail, Qania merasa pusing.

“Aduuuuh, pusiiiing!” keluh Qania.

“Sini Qania, mau susu ya?” Rolin menawarkan susu.

“Iiiih, pusing, mual…. Air hangat saja,” pinta Qania.

Semua jadi heboh membantu Qania.

Ilustrasi: Qania mengusap-usap jidatnya. Merasa pusing!

Zidan menyodorkan minuman buat sepupunya.

 

25

“Makanya, jangan lupa makan dan minum,” sindir Abi Qania.

“Memang sudah waktu makan siang nih?” Qania menatap ayahnya.

“Iyalah, gak terasa sudah lewat tengah hari,” timpah Ummi Qania.

”Baiklah, kita makan dulu, ayo!” ajak Bunda Zidan, tersenyum.

“Asyiiiiiik!” seru Zidan, Rolin dan Qania, kompak sekali.

Ilustrasi: Keluarga Zidan dan Qania makan di tepi danau. Ada warung makan di situ.

 

26

Kemudian Ayah Zidan mengajak mereka ke Masjid Agung At-Tin.

“Indah sekali Masjid ini, ya Bunda,” komentar Zidan.

“Dibangun tahun 1997 digagas oleh Ibu Tien Suharto,” jelas Bunda Zidan.

At-Tin terinspirasi dari Surat At-Tin.

Diharapkan sebagai oase spriritual dan intelektual.

Ilustrasi: Keluarga Zidan dan Qania beriringan memasuki Masjid Agung At-Tin di TMII.

 

27

“Masih siang, mari kita lanjutkan ke Dufan!” ajak Ayah Zidan.

“Eh, apa itu, Ufaaaan?” Rolin celingukan.

“Iiih, bukan Ufan, Rolin. Tapi Dufan!” sahut Zidan.

Sampailah Zidan dan keluarga di Dunia Fantasi.

“Tiket masuknya mahaaaal!” seru Zidan.

Ilustrasi: Zidan dan Qania berjingkrak kegirangan diajak ke Dunia Fantasi.

Hari Libur Rp.265.000,- Hari Senin-Jumat: Rp.235.000,-

 

28

“Tidak-apa-apa, kita sudah menabung demi Dufan.” Bunda menenangkannya.

“Begitu, ya? Hmm, baiklah kalau begitu.” Zidan lega.

“Ummi, banyak sekali orangnya!” keluh Qania.

“Oh, iya ya! Ini hari libur. Antriannya panjang sekali.” Umminya baru menyadari.

“Kita pilih Wahana yang tidak antri panjang saja,” saran Abi Qania.

Ilustrasi: Bunda menenangkan Zidan, mengusap-usap punggungnya.

Qania ikutan mengusap-usap punggung Zidan. Lucuuu!

 

29

Setelah susah-payah mencari permainan.

Mereka berhasil naik Ontang-Anting.

Awalnya Zidan dan Qania senang saja.

Lama-kelamaan ayunannya kencang sekali.

“Duuuuh, duuuh!” teriak Zidan, ngeri.

Ilustrasi: Zidan dan Qania ngeri dengan ayunan kencang Ontang-anting.

 

30

Para orang tua sibuk menenangkan Zidan dan Qania.

Zidan merasa: “Kepalaku keleyengan, duuuuh….”

Qania pun sama mengeluh pusing dan mual.

Para orang tua kemudian berunding.

“Hampir semua permainan tidak cocok untuk anak-anak,” cetus Ayah Zidan.

Ilustrasi: Orang tua sibuk berunding sambil menenangkan anak-anak.

 

31

“Bagaimana kalau kita ke Istana Boneka?” ajak Ummi Qania.

“Nah, iya benar sekali Istana Boneka!” seru Zidan.

“Paling cocok untuk keluarga, ya Nak?” sambut Bunda Zidan.

“Kita bisa naik perahu bersama, ya Aa Zidan?” tanya Qania.

Rolin tak mau kalah menyambutnya.”Asyiiik, naik perahu minum susu!””

Ilustrasi: Keluarga Zidan naik perahu berkeliling Istana Boneka.

 

32

Kemudian mereka memasuki ke Sea World.

Senang sekali melihat aneka ikan laut.

Bentuknya indah-indah dan unik-unik.

Rolin sampai loncat-loncat kegirangan.

“Aku mau jadi lumba-lumba, ah!” komentar Rolin.

Ilustrasi: Zidan, Rolin dan Qania sukacita lihat lumba-lumba meloncati lingkaran api.

 

33

“Eh, lumba-lumba bisa berhitung!” seru Zidan, terkagum-kagum.

“Sekarang lumba-lumba boleh dicium, ya anak-anak,” suara pembawa acara.

“Qania, ayo, kita cium lumba-lumba,” ajak Zidan.

“Ayo, ayo. Rolin juga ikut!” Qania menuntun Rolin.

Bunda dan Ummi mendampingi anak-anak maju ke dekat kolam.

Ilustrasi: Zidan, Rolin dan Qania gantian mencium lumba-lumba.

 

34

Keluarga Zidan dan Qania sholat Maghrib di tepi pantai.

Ayah Zidan menjadi imam.

Pemandangan senja hari di pantai sungguh indah.

Bulatan matahari berwarna keemasan.

Semua terdiam karena terpesona.

Ilustrasi: Keluarga Zidan sholat berjamaah di tepi pantai.

 

35

“Nah, sekarang kita makan malam,” ajak Ayah.

“Bekal kita sudah habis, Yah,” sahut Bunda.

“Eh, gubraaak deh!” seru Zidan, kocak sekali.

Semua tertawa geli melihat kelakuan Zidan.

“Makan di Kafelah, nanti Abi yang traktir!” ajak Abi Qania.

Ilustrasi: Zidan bergaya bodor, teriak:”Gubraaak!”

 

36

Akhirnya Jelajah Jakarta usai sudah.

Zidan, Rolin dan Qania tertidur kelelahan di mobil.

Mereka bersyukur pulang dengan selamat.

“Alhamdulillah wa syukurilah….”

Semua mengucap hamdalah.

Ilustrasi: Ayah menuntun Zidan. Bunda memangku Rolin. Qania digandeng oleh Ummi

dan Abi. Semua memasuki rumah Zidan di Depok.

 

Tip Jelajah Nusantara

·         Siapkan bekal makanan, minuman dan kotak P3K.

·         Ajak anak duduk bareng; bahas tujuan jelajah .

·         Tanamkan kepada anak makna jelajah suatu tempat.

·         Tidak lupa dengan sholat lima waktu.

Tamat

 
Endorse

Siapa yang tidak mengenal Ibukota Republik Indonesia?

Anak dari daerah tentu ada yang belum mengenal Jakarta.

Nah, Zidan, Rolin dan Qania mengajak kalian Jelajah Jakarta.

Ada Taman Mini Indonesia Indah dan Dunia Fantasi.

Ternyata ada Jelajah Kota Tua, loh!

Kawasan peninggalan penjajah Belanda.

Kini telah disulap menjadi kawasan hijau dan bersejarah.

Wajah baru Kota Tua menjadi berseri dan muda kembali.

Penasaran, bukan?

Hayu, Jelajah Jakarta bersama Zidan, Rolin dan Qania.

 

 

 

 

 









 

 

 

 

 

 

 

 

 

0 Komentar

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama