Jafar punya prestasi di bidang baca Al-Quran. Bermacam prestasi diraih dalam beberapa lomba termasuk MTQ. Keberhasilan Jafar itu tidak didukung oleh ayahnya yang menganggap bahwa MTQ hanya menjual ayat-ayat Al Quran. Uang yang membuat seorang menjadi juara. Hal ini berdasarkan pengalaman ayah Jafar semasa muda.
Ketidaksetujuan ayahnya membuat Jafar keluar dari pondok pesantren. Pengalaman kecurangan dalam lomba MTQ juga dirasakan Jafar. Kegagalan inilah yang menjadi salah satu penyebab ayah Jafar meninggal dunia. Sepeninggal ayahnya, Jafar harus bekerja di perusahaan jasa pengiriman barang di Lombok.
Pengalaman serta ilmu agama yang dimiliki ditularkan ke sesama karyawan. Ia juga mengajukan usulan perbaikan tempat ibadah serta mengisi kegiatan ibadah termasuk membaca Al Qur’an di sela waktu bekerja.
Di tempat inilah Jafar mendapatkan kesempatan untuk ikut kembali lomba MTQ tingkat Nasional. Pertentangan di hati Jafar yang sudah berjanji kepada ayahnya untuk tidak ikut lagi dalam lomba MTQ menjadi proses yang harus dilalui. Ibunda Jafar yang dalam kondisi sakit memberikan dukungan agar Jafar mengikuti lomba dan akhirnya keluar sebagai juara.
Cerita juga dibumbui kisah cinta Jafar dengan Azizah, anak pemimpin pesantren Al Amin. Azizah sejak kecil selalu mendukung perjuangan Jafar.
Kalam Kalam Langit ditulis skenarionya oleh sutradara film terlaris kedua nasional sepanjang masa ‘Habibie Ainun‘, Faozan Rizal. Novelnya digarap oleh Pipiet Senja, novelis senior yang telah menulis 185 buku.
Sementara kursi penyutradraan dipercayakan kepada Tarmizi Abka yang sebelumnya lebih dikenal sebagai gaffer (bagian lighting) untuk film-film seperti Hijrah Cinta, Dibalik 98, dan Hijab.
Berakting dalam film ini bersama Dimas Seto antara lain Meriza Febriani, Elyzia Mulachela dan Mathias Muchus.
Saksikan film reliji yang meyentuh ini di bioskop mulai tanggal 14 April 2016.
Drama religi yang dibalut kisah cinta segitiga ini mengambil lokasi syuting di Lombok. Pemilihan lokasi ini membuat sang pemeran utama, Elyzia Mulachela senang dan bangga.
Apa penyebabnya?
"Film ini syuting di Lombok dan aku bangga banget karena aku asalnya dari Lombok. Pas dikasih tahu syuting di sana langsung kaget karena bisa pulang ke kampung halaman," kata Elyzia saat ditemui di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (30/9).
Pemerintah Lombok pun sangat mendukung penuh pembuatan film ini. Karena untuk pertama kalinya nilai Islam di Lombok difokuskan sebagai sajian utama. Tak seperti film lain yang menyorot sektor pariwisata saja.
"Film ini didukung sama pemerintahan Lombok, untuk pertama kali mengangkat Islam di sana. Karena Lombok memiliki 1001 masjid. Biasanya kan film lain hanya mengambil dari segi pariwisatanya saja," tambah Elyzia.
Keren, Bun! Jadi pengen beli bukunya.
BalasHapusSudah nonton dan filmnya bagus sekali bunda :)) Semoga makin banyak yang nonton film kalam-kalam langit ini ^_^
BalasHapuskenapa filmnya ga ada di youtube?pengen banget nonton lagi
BalasHapusPosting Komentar