Serial Balita Muslim: Zein dan Lebaran Haji
Usia 0 – 5 Tahun
Judul: Pengorbanan Si Bing
Bing
Karya: Pipiet Senja
Pengantar
Assalamu’ alaikum
Wr.Wbb
Apa kabar Balita
Muslim yang disayang Allah?
Kalian pernah
mengalami Lebaran Haji, bukan?
Yaitu Hari Raya Idhul
Adha.
Ketika orang berhaji
sedang wukuf di Padang Arafah.
Kita pun melaksanakan
puasa Arafah.
Esoknya dilanjutkan
pemotongan hewan kurban.
Zein dan keluarga
tidak ketinggalan.
Zein telah lama
memelihara seekor kambing.
Dititipkan di rumah
Bang Dikin.
Lokasinya di belakang
perumahan Citayam Indah.
Zein sayang sekali
kepada si Bing BIng.
Sehingga ketika Bing
Bing dikurbankan Zein protes.
Zein bahkan ngambek,
Teman!
Zein membawa kabur si
Bing Bing.
Nah, loh, bagaimana
kelanjutannya?
Mari kita simak
petualangan Zein kali ini.
Salam Balita Muslim
Pipiet Senja
1
Assalamu’alaikum Wr.
Wbb….
Apa kabar teman-teman
Balita Muslim?
Tentunya kita ingin
selalu disayang Allah, bukan?
Ilustrasi:Zein (5
tahun) mengibarkan baliho bertuliskan:”Salam Balita Muslim!”
2
Perkenalkan ini Zein
Siregar.
Umurmya lima tahun.
“Aku sudah
gagah-gagah, loh, Teman!” kata Zein.
Ilustrasi:Zein
memakai baju takwa, sarungnya diselempangkan gaya si Jampang.
3
Zein sekolah di TK.
Al Islam.
Zein sudah lancar
membaca.
“Tulisanku masih
cakar ayam. Hehe.” Zein tertawa.
Ilustrasi:Zein sedang
menulis, hurufnya miring-miring.
4
Tahukah, Teman.
Begini-begini Zein anak
soleh, loh.
“Lah, iyalah. Namanya
juga Balita Muslim.”
Ilustrasi: Zein
bersama Ayah dan Bunda sedang sholat berjamaah.
5
Zein punya seorang
adik perempuan.
Namanya Zia Siregar.
Umurnya tiga tahun.
Ilustrasi:Zein dan
Zia tampak rukun sedang bermain di teras rumah.
6
Rumah Zein di
perumahan Citayam Indah.
Tidak begitu luas.
Tapi kata Bunda:”Rumahku
adalah surgaku.”
Ilustrasi:Zein
bergaya di depan rumahnya yang mungil di Citayam Indah.
7
Satu hari Ayah mengajak
Zein pergi.
“Pergi ke mana,
Ayah?” tanya Zein.
“Kita ke rumah Bang
Dikin,” jawab Ayah.
Ilustrasi:Ayah mengajak
Zein pergi ke rumah Bang Dikin.
8
Rumah Bang Dikin di
belakang Citayam Indah.
“Lewat pintu
belakang, ya Ayah?” tanya Zein.
“Iya, ini jalan ke
kampung Neglasari,” jelas Ayah.
Ilustrasi:Zein
mengintil di belakang Ayah melewati pintu gerbang belakang.
9
Ternyata, oh,
ternyata, Teman!
Rumah Bang Dikin lumayan
jauh.
“Aduh, ini masih
jauhkah, Ayah?” Zein mulai kelelahan.
Ilustrasi:Zein
kelelahan, keringat bercucuran di dahinya.
10
“Nah, itu rumah Bang
Dikin!” kata Ayah.
Zein berseru
kegirangan.
“Huhuhu, akhirnya
sampai juga!”
Ilustrasi:Bang Dikin
menyambut kedatangan Ayah dan Zein.
11
Bang Dikin mengajak
mereka ke kebun.
“Oh, pekarangannya
luas sekali!” decak Zein.
Bahkan ada kandang
kambing segala.
Ilustrasi:Zein
berdiri di depan kandang kambing.
12
Ayah membeli seekor
anak kambing.
Lalu menitipkannya kepada
Bang Dikin.
“Karena pekarangan
kita tidak luas,” jelas Ayah.
Ilustrasi:Ayah
membeli seekor anak kambing dari Mang Dikin.
13
“Jadi sekarang ini
kambing kita, Yah?” tanya Zein.
“Iya, kalau sudah
besar kita kurban,” kata Ayah.
“Maksud Ayah?” Zein
tidak paham.
Ilustrasi:Ayah kewalahan
menjelaskannya kepada Zein.
14
Ayah tidak mau
membuat Zein pusing.
Jadi Ayah hanya
mengatakan seperlunya saja.
“Pokoknya ini kambing
kita. Titik!”
Ilustrasi:Zein dengan
senang hati mengusap-usap anak kambing.
15
Zein memberinya nama
si Bing Bing.
“Mengapa dinamai si
Bing Bing?” tanya Bunda.
“Biar Dede Zia mudah
mengucapkannya,” kilah Zein.
Ilustrasi:Si Bing
Bing diberi rumputan oleh Zein dan Zia.
16
Begitulah asal
muasalnya si Bing Bing.
Dari hari ke hari si
Bing Bing kian besar.
Makan rumputnya
semakin banyak.
Ilustrasi:Si Bing
Bing tumbuh besar dan banyak merumput.
17
Zein dan Ayah dua
hari sekali menengok si Bing Bing.
Kadang ditemani Bunda
dan Zia.
Zein sering
bilang:”Bing Bing gagah-gagah juga, ya!”
Ilustrasi:Zein dan
Zia bermain-main dengan si Bing Bing di kebun Bang Dikin.
18
Tanpa terasa si Bing
Bing sudah besar.
Badannya gemuk dan
gagah.
Zein kian sayang
kepada si Bing Bing.
Ilustrasi:Zein
semakin sayang dan perhatian kepada si Bing Bing.
19
Sekarang Zein sudah
berani pergi sendirian.
Melihat si Bing Bing
di kandangnya.
“Minum dulu es
kelapanya, Zein,” kata Bang Dikin.
Ilustrasi:Bang Dikin
menyuguhi Zein es kelapa.
20
Satu hari ada
kesibukan di rumah Zein.
“Kita puasa Arafah
hari ini, Zein,” ujar Ayah.
“Ya, besok Lebaran
Haji,” kata Bunda.
Ilustrasi:Keluarga
Zein nonton jemaah haji melakukan tawaf di televisi.
21
Zein juga puasa
Arafah, loh, Teman!
Zein kan sudah
terbiasa berpuasa.
Waktu Ramadhan
puasanya tamat.
Ilustrasi:Zein
berbuka bersama Ayah, Bunda dan Zia yang ikut-ikutan.
22
Tiba-tiba Ayah
berkata begini:
“Besok kita akan
potong si Bing Bing.”
“Apppaaa? Si Bing
Bing akan dipotong?” seru Zein kaget.
Ilustrasi: Zein
terkejut sekali mendengar si Bing Bing akan dipotong.
23
“Sejak awal kambingnya
memang untuk kurban,” jelas Ayah.
“Oh, tidak, tidak,
tidaaakkkk!” teriak Zein histeris.
“Pssst, Nak, jangan
begitu,” bujuk Bunda.
Ilustrasi:Zein
menangis histeris mendengar si Bing Bing akan jadi kurban esok.
24
“Pokoknya Zein tidak
rela si Bing Bing dipotong!”
“Aa Zein, jangan
teriak-teriak!” seru Zia ketakutan.
“Aku marah,
maraahhhm, gheeerrrrr!” Zein kian ngambek.
Ilustrasi:Zia
ketakutan melihat Zein teriak-teriak histeris.
25
Suasana rumah
mendadak heboh.
Bunda berusaha menenangkan
Zein.
Ayah sampai harus memanggil
Manini.
Ilustrasi:Suasana
rumah Zein mendadak heboh. Karena Zein ngambek!
26
Manini datang
tergopoh-gopoh dari Cibubur.
“Mari, Zein, kita
cerita Nabi Ibrahim,” ajak Manini.
“Dan pengorbanan
Ismail, putranya….”
Ilustrasi:Manini
berusaha menenangkan Zein dengan Kisah Nabi Ibrahim.
27
Untuk sementara Zein
bisa ditenangkan.
Manini berhasil
mengalihkan perhatiannya.
Hingga Zein tertidur
di samping Manini.
Ilustrasi:Manini,
nenek Zein berhasil memukau cucu dengan Kisah Nabi Ibrahim.
28
Esoknya Zein dan
keluarga pergi ke Mesjid Baitur-Rahman.
Mereka melaksanakan
sholat Idhul Adha.
Diam-diam Zein
menyingkir.
Ilustrasi:Di Mesjid
Baitur-Rahman diam-diam Zein keluar dari saf bapak-bapak.
29
Kemudian Zein pergi
ke rumah Bang Dikin.
“Biar gak dipotong,
kita pergi saja, ya Bing,” ajak Zein.
“Mbeeek, mbeeek!”
bunyi si Bing Bing.
Ilustrasi:Zein
mengeluarkan si Bing Bing dari kandangnya.
30
Aduh, apa yang
dilakukan, Zein, ya?
“Psst, jangan
berisik, diam-diam, ya Bing,” kata Zein.
Owh, oh, Zein membawa
kabur si Bing Bing, Teman!
Ilustrasi:Zein
menuntun si Bing Bing keluar kebun Mang Dikin.
31
Beberapa saat lamanya
Zein mengajak jalan si Bing Bing.
Menyusuri gang-gang
di kampung Neglasari.
Orang-orang mulai
memperhatikan kelakuannya.
Ilustrasi:Orang-orang
mulai terheran-heran melihat kelakuan Zein.
32
Lama-lama Zein lelah
dan kebingungan.
“Uh, uh, ini kita mau
ke mana, ya Bing?”
“Aku takut nanti kita
nyasar, aduuuh!” keluh Zein.
Ilustrasi:Zein
kebingungan mengaso di bawah pohon bersama si Bing Bing.
33
Sementara itu Bang
Dikin baru pulang dari Mesjid.
Dia tidak melihat si
Bing Bing di kandangnya.
“Tadi dibawa Zein
keluar sana,” lapor tetangga.
Ilustrasi:Bang Dikin
terkejut tidak melihat si Bing Bing di kandangnya.
34
Segera Bang Dikin dan
Ayah mencari Zein.
Akhirnya mereka
menemukan Zein dengan si Bing Bing.
“Ayah, aku mau
pulang, tidak mau kabur,” kata Zein menangis.
Ilustrasi:Ayah dan
Bang Dikin menemukan Zein kelelahan dan kebingungan.
35
Ayah memberi
pengertian kepada Zein.
“Si Bing Bing rela berkorban. Mau nyusul
ibunya tuh,” kata Ayah.
“Oh, Bing Bing mau
ikut ibunya, ya sudah. Dadah Bing Bing….”
Ilustrasi:Zein
melambaikan tangan kepada si Bing Bing yang dibawa Bang Dikin.
36
Sekarang Zein dan Zia
melihat kesibukan di Mesjid Baitur-Rahman.
Pemotongan hewan
kurban sedang dilaksanakan.
Si Bing Bing
dikurbankan atas nama Zein Siregar.
Ilustrasi:Zein dan
Zia melihat acara pemotongan hewan dari kejauhan.
Tip Cerdas Balita
Muslim
·
Memberi pengertian kepada Balita tentang
makna kurban kambing.
·
Menceritakan tentang kisah Nabi Ibrahim dan
putranya Nabi Ismail.
·
Memberi teladan kepada Balita arti
pengorbanan terhadap sesama.
Tamat
Endorse
Zein telah lama
memelihara seekor kambing.
Dititipkan di rumah
Bang Dikin.
Lokasinya di belakang
perumahan Citayam Indah.
Zein sayang sekali
kepada si Bing BIng.
Sehingga ketika si Bing
Bing dikurbankan Zein protes.
Zein bahkan ngambek,
Teman!
Zein berusaha membawa
kabur si Bing Bing.
Nah, loh, bagaimana
kelanjutannya?
Mari kita simak
petualangan Zein yang penuh hikmah ini.
Terima kasih sahringnya Teteh, sangat berguna bagi kami penulis pemula :)
BalasHapusPosting Komentar