Orang Imigrasi Bilang:"Orang KJRI Itu Pemalas dan Pembohong!"
Hong Kong, 10 Mei 2012
Seorang
Buruh Migrant Indonesia Hong Kong, sebut saja namanya Nining berasal dari Jawa
Timur, terpaksa lari dari rumah majikannya. Pasalnya, ketika dia sedang
mendirikan sholat tiba-tiba dipanggil, tidak menyahut apalagi menghampiri.
“Lah
wong tinggal satu rakaat lagi,” kilahnya.
Majikan
marah, menghampiri ke kamarnya dan menendang punggungnya keras-keras. Tidak
puas sampai di situ, majikan memaksanya agar minum minuman keras. Ketika
majikan meleng, Nining berhasil melarikan diri dan langsung melapor ke polisi
Hong Kong.
Membawa
surat keterangan dari polisi, Nining kemudian pergi ke KJRI untuk melaporkan
kasusnya. Karena paspornya ditahan agen. Sedangkan agennya sudah bangkrut alias
raib entah ke mana.
“Oh, kalau begitu sekarang kamu pergi saja ke
Kowloon, lapor ke Imigrasi,” demikian perintah seorang petugas di lantai satu
gedung KJRI. Sebenarnya Nining mulai merasa bimbang dan aneh juga dengan solusi
dari petugas KJRI ini.
“Mana
surat pengantarnya, Pak?” pintanya.
“Alaaah,
sudahlah, pergi saja ke sana. Gak perlu surat pengantar segala.”
Sebagai
warganegara Indonesia yang baik, yah, harus patuhlah, pikir Nining. Maka,
pergilah dia ke Imigrasi Hong Kong tanpa surat pengantar dari KJRI, selain
surat keterangan polisi Hong Kong.
Ternyata
benar saja, petugas Imigrasi Hong Kong menanyakan surat pengantar!
“Kamu
disuruh siapa ke sini?” tanyanya dalam bahasa Kantonis.
“Disuruh
petugas dari KJRI, Pak,” jawab Nining yang sudah fasih Kantonis, karena telah
dua kali kontrak, dan kali ini adalah kontraknya yang ketiga.
“Hmmm,
beginilah orang KJRI! Kamu tahu, selama 10 tahun saya bekerja di sini,
anak-anak Indonesia datang selalu tidak dibekali surat pengantar. Apalagi
seorang pengantar. Padahal tidak semua anak Indonesia paham Kantonis. Mereka
itu tidak seperti orang Filipina, ya. Orang KJRI pemalas dan pembohong!”
ceracaunya tanpa bisa ditahan.
“Mengapa
pembohong, Pak?” Nining ingin tahu.
“Banyak
anak BMI yang seharusnya masih bisa kerja di sini di-overstay-kan! Mengapa
harus begitu, namanya pembohong! Ini kan bukan negaramu, coba, tanpa pengantar
dari perwakilan negerimu, mengapa harus diproses? Semuanya kan sudah ada
aturannya, bla, bla….”
Nining
kembali ke Konsulat, diterima petugas di lantai satu, ada Joko dan Sandra.
Nining menyampaikan semua perkataan petugas Imigrasi Hong Kong. Kedua petugas
itu hanya terdiam seribu bahasa. Entah paham, entah syok atau memang tak
peduli, entahlah!
“Ya
sudah, silakan ke lantai 3 sana, temui Pak Anu, ya. Tapi nanti jam sebelas
datangnya!”
Nining
terduduk lunglai. Dalam pikirannya yang lugu, mengapa urusan yang sesungguhnya
sederhana ini; minta dibuatkan paspor pengganti, tiket untuk pulang, selesai!
Namun,
keberadaannya kini malah penuh ketakpastian. Entah dapat atau tidak paspornya
dalam waktu dekat. Atau haruskah dirinya menjadi overstay, gara-gara kinerja
orang KJRI superlelet?
“Aduh,
aku hanya ingin pulang. Mohon bapak-bapak dan ibu-ibu Konsulat jangan
dipersulitlah urusanku, pliiiiisss,” keluhnya mengapung di langit negeri beton.
(Causeway Bay, PS)
Ya Rabb...kasihan sekali,..:(
BalasHapusiya, dan banyaaaaak sekali yang lebih parrraaaaah dari kasus ini!
HapusPosting Komentar