Surat Terakhir Nurul F Huda: Engkau Demikian Santun, Dinda




On Thu, 1/6/11, Nurul F Huda <nurulfithroini@yahoo.com> wrote:
From: Nurul F Huda <nurulfithroini@yahoo.com>
Subject: Masukan dr Pak Cah
To: "Pipiet Senja" <pipiet_senja@yahoo.com>
Date: Thursday, January 6, 2011, 8:09 AM

Assalamu'alaikum wr wb
Teteh, ini masukan dari Pak Cah. Bagaimana menurut Teteh dan Zikrul? Saya siap mengedit lagi untuk membuat hal-hal yang menyinggung beliau terhapus.

--- On Tue, 1/4/11, cahyadi takariawan <takariawan@yahoo.com> wrote:
From: cahyadi takariawan <takariawan@yahoo.com>
Subject: Re: Naskah
To: "Nurul F Huda" <nurulfithroini@yahoo.com>
Date: Tuesday, January 4, 2011, 1:20 P

Afwan Rul, saya sekedar memberikan pertimbangan. Bukumu sangat bagus dan bisa memberikan inspirasi kepada pembaca untuk selalu optimis dan tegar menghadapi kenyataan hidup. 
Namun, agar tidak ada pihak yang “terbongkar aibnya”, saya sarankan bagian-bagian yang menunjukkan kesalahan mantan suami dihilangkan saja. 
Karena semua orang tahu siapa suamimu, jadi mereka akan ikut menyalah-nyalahkan suamimu. 
Dan mantan suamimu bisa marah membaca buku ini, dan menganggap Nurul telah membuka aibnya. 
Contohnya adalah bagian ini :

Saat kita melanggar aturan Tuhan, lalu ada orang terdekat kita yang sakit, maka itu adalah peringatan agar kita kembali lurus menapak jalanNya. 
Semakin besar pelanggaran yang dibuat, semakin parah sakit yang ada. 
Semakin lama berbuat dosa, begitu juga lamanya sakit yang dirasa orang terdekat anda.

Aku sakit karena orang terdekatku melanggar aturanNya. Tahun 2007 itu sakitku belum parah karena pelanggaran yang ada masih “kecil” dan sebentar. 
Tahun 2008 itulah terjadi pelanggaran yang lama berlangsungnya sama dengan lama sakit yang kualami dan sudah cukup jauh yang terjadi sehingga sakitku pun terhitung parah sekali. Itu hikmah yang kupetik.

Keluargaku semakin sulit berdamai dengan suamiku, suamiku tidak juga memiliki kejelasan untuk berani menyelesaikan semua masalah yang ditimbulkan ke keluargaku.

Telah kusampaikan semua padamu tentang kondisiku. 
Telah kukatakan “Saya sudah bertahun-tahun berusaha menerima ketetapan ini bahkan berusaha mensyukurinya. 
Jika antum (kamu) tidak sanggup berusaha ke sana sebagai pendamping saya, maka lebih baik tidak usah saja. Saya tidak mau kehadiran manusia justru membuat saya jauh dariNya.”

Dan, engkau teruskan menuju pinangan hingga ke pernikahan. 
Kini, semua berakhir dengan perpisahan. 
Salah satu sebabnya engkau sebut apa yang sudah kau ketahui tentang diriku sebelumnya. 
Sungguh, itu adalah urusanmu dengan Tuhan dan aku memiliki urusan sendiri pula setelah semua yang kupupuk selama 20 tahun hampir runtuh berantakan karena apa yang kau katakan dan kau lakukan. 

Ampuni aku ya Allah… aku sempat merasa terpuruk kembali dan merasa begitu nelangsa dengan ketetapanMu sebagai manusia berkatup buatan hanya karena seorang manusia. 
Aku tidak ingin seperti itu lagi. Aku ingin kembali menapaki syukur atas karuniaMu ini.

Abah, aku tidak pernah tahu bahwa janji yang ia ucapkan saat melamarku di hadapanmu, di hadapan keluarganya adalah ucapan seorang ksatria, “Saya ingin menolongnya."

Sungguh, jika bukan Abah yang memberitahu aku benar-benar tidak tahu.
Maka, apa yang Abah tanyakan padaku, “Seperti inikah caranya menolongmu? Seperti ini?!” 

Ketika kenyataan demi kenyataan yang sangat menyakitkanmu (dan aku) terbuka, aku tidak bisa menjawab. Aku tidak tahu, Abah. Biarlah janji itu tergantung di taliNya dan semoga menjadi penolong kita.


From: Pipiet Senja <pipiet_senja@yahoo.com>
Subject: Re: Masukan dr Pak Cah
To: "Nurul F Huda" <nurulfithroini@yahoo.com>
Date: Saturday, January 8, 2011, 1:53 AM
Assalamualaikum wr.wbb
Dek sayang, saya sudah mencermati novelmu sampai tiga kali....
Menurut saya, apa yang dikau ungkapkan terutama soal mantan suami, sungguh sangaaaaat tidak terasa! Pernah baca buku saya Dalam Semesta Cinta?

Awalnya, ditolak oleh GIP, diajukan ke ZH itupun lama (hampir dua tahun) mengendap saja di laptopnya bos, padahal uang DP sudah entah ke mana. Bu Amal merasa agak keberatan, karena di dalam buku tersebut dianggapnya teteh sudah terlalu banyak mengangkap rahasia (ehem!) beliau.

Jadi, saya printout  dan saya diskusikan dengan murobiyah saya antara lain Ustazah Yoyoh Yusroh.
Apa coba komentarnya?

Seperti yang saya pajang di kover depan; lanjutkan, demikian intinya!
Berbekal support dari beliau dan beberapa ustadzah yang saya kenal di Depok, maka saya pun memutuskan untuk tetap menerbitkan buku tersebut.
Dan hasilnya, alhamdulillah, banyak ummat yang tersemangati!

Menurut saya, bos ZH nanti malah akan memintamu untuk menambah bagian : pengkhianatan, lebih detil, lebih rinci..... Oke, dikau akan menuliskannya pada buku lain, tetapi bagi seorang penulis sejati; tak ada kesempatan lain, lakukan sekarang juga!

Pokoknya, sayangku, dindaku yang solehah; usah terlalu dipikirkanlah itu komentarnya Cahyadi. karena dia memang lelaki. Makanya, minta tokoh perempuan saja yang mengomentari.
Ini urusan perempuan, bung!
Sudah, ya...jangan pernah takut dengan komentar orang!
Nah, maju teruuus, okeee...

Salam manis dan bahagia
Pipiet Senja

On Mon, 27/12/10, Nurul F Huda <nurulfithroini@yahoo.com> wrote:
OK, Teh! Mudah2an Bos DZ seperti yang Teteh katakan. Ah, Teteh tahu banget kondisiku ya kalau aku msh underpresser. Iya, Teh. Sedang menguatkan hati. Masih suka sedih kalau habis ditanya-tanya orang (trtm yg sy sulit menolak mengatakan, misal ustadz/ah senior).


2 Komentar

  1. Masya Allah

    Nisa memang tidak mengenal bunda Nurul F Huda, Tapi ntah kenapa nisa merasa dekat dengan beliau, nisa pengen memiliki semangat seperti beliau :)

    Muslimah yang kuat :D

    Bunda pipit, salam kenal dari nisa yah :')

    BalasHapus
  2. salam kenal kembali sayangku

    postingan ini sengaja saya pajang
    karena saya selalu terkenang dengan adikku yang satu ini....seringkali aku menangis...kangeeennnn

    salam manis juga dari saya ya sayangku; mhuuuaaa!

    BalasHapus

Posting Komentar

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama