Pragawati Mantan Kuntilili


Malam Jumat yang cerah, bulan bertengger penuh. Angin berkesiuran lembut, anehnya terasa menyimpan seribu misteri. Lokasinya di pingir kota, sebuah bangunan tua dengan aura mistis sangat mengental. Di sinilah, sebuah agensi model sedang melakukan pemotretan. Namanya manusia, banyak nian akal-akalan atau sesuatu yang suka disebut; kreativitas tingkat tinggi.

Di suatu sudut, Kuntilili Duraring, demikian sosok berwajah sangat mengerikan itu biasa dipanggil kaumnya; inilah tempat favoritnya. Sepanjang malam ia takkan jemu berkeliaran di sekitar bangunan tua ini. Kini ia menclok di sebuah dahan pohon beringin berumur ratusan tahun, kaki-kakinya yang panjang berayun-ayun.

Sepasang matanya yang melotot besar dilayangkan ke bawah, di mana para kru pemotretan sedang sibuk. Dengan gaun putih menjuntai-juntai, dan rambut panjang yang meriap-riap, ia terus mencermati gerak-gerik seorang perempuan cantik.

Lihatlah, si cantik itu sedang melakukan beragam gaya, meliuk-liukkan tubuh, mengembang, melayang, kadang sambil mendesah dan mengerang. “Aku ingin seperti dia,” Kuntilili Duraring menggeremang dalam hati.

Ia terus mencermati gaya Cathy Loading Loading, seorang top model yang sedang naik daun. Terutama sejak menjadi selingkuhan seorang anggota dewan yang dicokok karena maling duit rakyat. Cathy Loading Loading tampak begitu cantik, begitu indah, begitu anggun dan begitu menawan.

“Sekarang aku tahu, cita-citaku adalah menjadi model,” gumam Kuntilili Duraring dengan mata merem-melek, membayangkan dirinyalah yang sedang di-jeprat-jepret, menjadi pusat perhatian. “Ya, aku harus menjadi manusia perempuan yang cantik sekali!”

Kuntilili Duraring segera melayang ke sarangnya di warudoyong. Kepada makhluk sejenisnya yang dituakan, ia pun menyampaikan hasratnya. Sang Tetua kebetulan sedang nyaman hatinya, jadi langsung merespon dengan baik cita-cita dan hasratnya itu. Ia bilang,

”Aku bisa saja membantumu. Tapi ini jelas ada syaratnya.” “Apapun persyaratannya, niscaya aku akan melakukannya,” tegas Kuntilili Duraring. “Kamu harus merelakan ubun-ubun kepalamu dipaku oleh seorang manusia periang.”
Ia memberikan sebuah paku besar kepadanya, tak lupa memberi petatah-petitih. Intinya, jika sudah menjadi manusia perempuan cantik, ia harus mampu menahan diri, menahan hasrat dan nafsunya sebagai kuntilanak. Sang Tetua meringkasnya dengan sederhana, antara lain; tidak boleh mengusik bayi merah, perempuan hamil dan ibu yang baru melahirkan.

“Sebentar! Bagaimana dengan kekasih gelapmu nanti?” “Genderewo? Halaaah, biarkan saja! Dia sering mengkhianatiku! Kerjaannya poligami melulu,” ketus Kuntilili Duraring geram, kemudian terbang kembali ke bangunan tua.

Rombongan kru pemotretan sudah selesai agaknya. Mereka kembali ke Ibukota menjelang pagi. Kuntilili Duraring pun ikut, melayang-layang di atas mobil mereka. Ia memilih calon temannya, yakni seorang penata rias, Olga Jetajete Jetajete yang selalu merasa dirinya; bencong kelas tinggi. Olga Jetajete Jetajete sering dipergoki Kuntilili Duraring diomeli semua orang, tetapi tetap bisa ketawa-ketiwi.

Maka, didatanginya Olga Jetajete di rumah kontrakannya di belakang apartemen mewah, tempat Cathy Loading dan selingkuhannya biasa bermabuk asmara.

“Olga Jetajeteaa…, hihihi, hiks, hiks, tolooong!” Kuntilili Duraring mengerang-erang, terdengar pilu dan meruntuhkan hati.

Ajaib, Olga Jetajete sama sekali tidak takut saat Kuntilili Duraring menampakkan diri. Ia hanya merasa geli melihat paku besar yang diacung-acungkan Kuntilili Duraring, ke manapun dirinya melangkah.

“Alooow…, ada yang bisa daku bantukah?” tanya Olga Jetajete ramah. “Olga Jetajete, aku kepingin menjadi manusia perempuan. Tolonglah, ya Ol, tancapkan paku ini ke ubun-ubunku,” pinta Kuntilili Duraring, terdengar memelas sekali.
Karena tampak Olga terperangah, melongo saja, maka dirincilah cita-cita dan visi misi hidupnya.

 “Aku punya cita-cita menjadi top model hebat yang akan mengharumkan nama bangsa dan negeriku,” suara Kuntilili Duraring bergetar hebat. Seolah ingin mengalahkan suara seluruh anggota dewan yang terhormat saat bersumpah setia di Senayan.

“Saatnya aku ganggu si Cathy Loading tengil itu! Soalnya, makin sering saja dia kecentilan, rebut pacar orang sana-sini, halaah!” Olga Jetajete mengabulkan permintaan Kuntilili Duraring.

Maka, paku besar itu ditancapkan ke ubun-ubun Kuntilili Duraring: craaaakkk!
Ndilalah, sosok mengerikan itu seketika berubah menjadi Titi Kamal. Ops! Sosok perempuan secantik dan seanggun Titi Kamal, begitulah, Saudara!

Dengan perjuangan superkeras dibantu Olga Jetajete yang sesungguhnya punya dendam tersendiri terhadap Cathy Loading, Kuntilili Duraring pun berhasil memasuki agensi model terkenal di Ibukota. Yakni agensi Jomblo yang selama ini selalu bermusuhan dengan agensi Warawiri.

Wajah mantan kuntilanak, Kuntilili Duraring nan jelita, memesona dengan aura mistis luar biasa, mejeng di berbagai halaman utama media. Sepak terjangnya yang menakjubkan, sukses menyabet award dalam berbagai even nasional dan internasional, sungguh mencengangkan masyarakat kita. Bangsa yang telah lama dirundung gering ini pun sedikit terhibur dibuatnya.

Kehidupan Kuntilili Duraring berubah drastis. Uang berlimpah-ruah masuk ke rekening yang dibuka oleh Olga Jetajete atas namanya. Ia bisa blanja-blanji sepuasnya, bukan hanya di mal-mal mewah Ibukota, melainkan bolak-balik ke Singapura, Malaysia atau Australia. Ia pun membawa serta Olga Jetajete ke apartemennya yang mewah, bertetangga dengan Cathy Loading, berkarib dengan para selebritis Ibukota.

“Kurasa, inilah karier terbagus yang ada di dunia manusia,” umbar Kuntilili Duraring, apabila sedang memandangi koleksi berlian yang dimilikinya.

Suatu kali, pada sebuah pesta ulang tahun cucu mantan orang pertama kita. Seorang menteri perempuan memberi komentar yang dirilis berbagai stasiun televisi nasional. Demikianlah komentarnya:“Kuntilili Duraring adalah suri teladan anak bangsa yang sukses tanpa mengandalkan harta, kedudukan orang tua dan golongan tertentu. Tak ada istilah KKN baginya. Kuntilili Duraring adalah Srikandi masa kini, perpaduan antara kecantikan alami dengan knowledge perempuan sejati…. Bla, bla!”

Galibnya di dunia hiburan, di kalangan selebritis, fitnah dan intrik mudah sekali timbul. Kuntilili Duraring pun tak luput dari serangan ini. Setelah dilejitkan ke puncak dengan puja-puji dan sanjungan selangit, tiba-tiba Kuntilili Duraring diwartakan menjadi simpanan kekasih gelap Cathy Loading.

Maka, Kuntilili Duraring segera menggelar konperensi pers. Olga Jetajete yang kini didapuk menjadi managernya tampak menempel Kuntilili Duraring bak lem karet. Kuasa hukumnya pun dipilih yang termahal saat ini; Lumut Situkangtungging, SH.

Kuntilili Duraring berkata: “Aku memang sedang menjalin hubungan dengan Pak Dewan. Bukan sebagai selingkuhan atau simpanan. Tapi sebatas pertemanan saja. Dulu Pak Dewan pernah berjasa….eh, tidak perlu disebut rincinya. Maaf, ya! Biarlah ini menjadi rahasia kami berdua. Sekarang Pak Dewan sedang kena musibah, ditahan di Pondok Rajeg. Kasihan kan tanpa sanak-saudara, keluarga, beliau sendirian. Nah, sudah sepantasnya dong, kalau aku menjenguknya….bla, bla!”

Lumut Situkangtungging, SH, memberi pernyataan pula: “Mohon rekan-rekan pers tidak berasumsi macam-macam, membuat berita neko-neko tentang dua klien saya. Pak Dewan dan Kuntilili Duraring, setahu saya, ini bisa saya jamin: 100 % kebenarannya! Tidak ada apa-apa selain pertemanan biasa….”

Alih-alih menjadi reda, beritanya malah menjadi silang-sengkarut. Konon, Kuntilili Duraring diam-diam menikah siri dengan Pak Dewan di balik jeruji besi. Guru spiritual kalangan artis, Aa Gubrax, memperkuatnya dengan memberi kesaksian kepada pers. Bahwa benar ia telah menikahkan siri mereka yang disebut sebagai pasangan kasmaran itu.

Sejak menjadi istri siri Pak Dewan, penampilan Kuntilili Duraring berubah drastis. Ia menutup auratnya dengan busana muslimah, cantik alami, anggun tanpa polesan rias berlebihan. Ajaibnya, kariernya di dunia model malah semakin melejit! Karuan keadaan itu menambah iri dan intrik yang melingkar-lingkar dalam peri kehidupan Kuntilili Duraring. Cathy Loading tak kalah hebohnya, berkoar-koar ke mana-mana: “Mereka bukan manusia, tapi monster berujud manusia. Mereka pasangan gila seks!”

Sesungguhnya di tengah pemberitaan miring itu, Kuntilili Duraring sedang menanggung gundah-gulana tak teperi. Ada perang sabil dalam dadanya yang setiap saat menggelora, nyaris tak tertahankan lagi. Kerap ia merindukan saat-saat menyenangkan sebagai kuntilanak. Ia bisa bebas melayang-layang, menclok sana menclok sini, segala hasrat dan nafsunya dilampiaskan kepada siapapun dan kapan pun. Tiada batasan moral, spiritual, sosial, dan segala aturan kemanusiaan lainnya. Hasratnya yang nyaris tak tertahankan adalah mengecrok otak bayi merah!

Kuntilili Duraring menggeram kuat-kuat dalam hati, jika bersiribok dengan perempuan sedang hamil tua. Atau orang yang sedang menggendong bayi merah. Beruntunglah, sejauh itu, Olga Jetajete masih mampu mengendalikannya.

“Aduuuh, Kuntilili Duraring, jangan gelow gitu deh dirimu! Sekarang dirimu kan mantan kuntilanak. So, gak ada urusan lagi deh sama kebiasaan perkuntilanakan begitu. Jangan bikin kita malu, tauuuuk!” katanya menggerepeh-gerepeh.
“Aku gak nahan lagi, tauuuk!” erang Kuntilili Duraring, meremas kuat-kuat pergelangan Olga Jetajete. Sehingga Olga Jetajete menjerit setinggi langit.
“Kita nonton film horor saja, ayo!” ajak Olga Jetajete berusaha menghiburnya.
‘Hmmm, emangnya ngaruh geto loh?” “Daripada bete melulu, ayolah!”

Mereka pergi ke Megablitz. Film horor yang sedang tayang adalah Kuntilanak Linglung Jatuh Cinta. Ceritanya seram, tapi kocak sekali. Penonton tertawa tergelak-gelak. Kuntilili Duraring pun terkikih-kikih geli, bunyinya: “Iya, iya….lucu sekali nih, hihihihihi!” Demikian terus berulang-ulang.

Kali ini Olga Jetajete tak mampu mengendalikannya lagi. Para penonton merasa seram sungguhan. Lantas, bubar, lari bertemperasan! Olga Jetajete jadi kesal, bersungut-sungut, menggandeng Kuntilili Duraring pulang ke apartemen.

“Gelow kamu, yah! Mantan kuntilanak saja masih bisa bikin orang ketakutan!” Kuntilili Duraring terdiam, hatinya semakin sering dihumbalang gundah-gulana.

Malam itu, Kuntilili Duraring baru pulang dari sebuah acara ibu-ibu para petinggi. Ketika mobil mewahnya melintasi sebuah mesjid, ia melihat iringan ibu-ibu, remaja dan bapak-bapak. Suara orang mengaji terdengar mengalun. Rasanya indah nian di kupingnya.

Kuntilili Duraring meminta Olga Jetajete melambatkan mobilnya. “Olga Jetajete, ada apa di tempat itu?” “Tempat itu namanya mesjid. Mereka akan melakukan salat tarawih. Yaitu solat di bulan suci Ramadhan….” “Apa itu mesjid? Apa itu bulan suci…, bla, bla, bla!” “Aduuuh, Kuntilili Duraring, banyak banget sih pertanyaanmu. Nanti kubelikan buku-buku Islam…”

Sejak saat itu, Olga Jetajete menjadi rajin membelikannya buku-buku Islam. Kuntilili Duraring tampak antusias dan serius sekali mempelajarinya. Aa Gubrax adalah orang pertama yang dikabari Olga Jetajete, diminta untuk menjadi pembimbing spiritualnya. “Sekarang, kamu sudah menjadi seorang muslimah, Kuntilili Duraring,” berkata Aa Gubrax, ketika usai membimbingnya mengucap dua kalimah syahadat.

Malam demi malam berlalu. Kuntilili Duraring semakin larut dalam dunia mualafnya. Ada satu kesadaran yang menggigit naluri kemuslimahannya. Bahwa ia sesungguhnya berada di dunia yang bukan miliknya. Bahkan ia telah melanggar kodratnya sebagai; sesuatu yang bukan manusia.

Kesadaran itu sungguh menyiksa jiwa-raga, lahir dan batinnya! Ini malam seribu bulan. Nuansa Ramadhan semakin merasuk, semua yang mengaku umat muslim seolah bergelombang, ramai-ramai menunaikan ibadahnya. Apakah itu yang memang benar-benar sedang bertaubatan nasuha, atau sekadar mencuci diri yang telah berlumur dosa, untuk kelak bila usai Ramadhan kembali melakukan nista.

Mendadak ada firasat buruk menerpa hati Kuntilili Duraring. Bahaya serius sedang mengincar Pak Dewan, pikirnya. Tak bisa dipungkiri, ia telah jatuh cinta kepada lelaki gagah yang telah ditinggal istri dan anak-anaknya itu. Ia tak habis pikir, bagaimana mungkin ada istri yang tega mengkhianati suami yang sedang dirundung musibah? Bahkan Cathy Loading yang selama itu sangat dimanja, dilimpahi harta oleh Pak Dewan pun, kini terang-terangan menyatakan: tak sudi namanya dikait-kaitkan dengan lelaki itu.

Tanpa bisa dicegah lagi oleh Olga Jetajete, tengah malam itu Kuntilili Duraring menerbangkan mobil mewahnya menuju Pondok Rajeg. Benar saja! Sipir dan para napi sedang heboh. “Genderewo, kekasih gelap Kuntilili Duraring, telah menculik Pak Dewan!” teriak seseorang. “Diculik ke mana?” sergah Kuntilili Duraring, cemas sekali. “Kelihatannya ke luar kota!”

Kuntilili Duraring seketika menerbangkan mobilnya secara gila-gilaan. Greeeng, blaaaass! “Lepaskan dia, Kang. Dia tidak salah apa-apa, lepaskaaan!” teriak Kuntilili Duraring, begitu melihat Pak Dewan menjadi bulan-bulanan, bak samsak oleh kekasih gelapnya.

Lelaki paro baya, beranak tiga dan becucu dua itu, babak-belur dan sudah tak berdaya. Ia ngelumbruk berdarah-darah di bawah pohon beringin tua. Hancur sudah hati Kuntilili Duraring. Perasaan cinta, iba dan entah apalagi, seketika bergumpal-gumpal dalam dadanya.

“Dik, ketahuilah, aku selalu cinta kamu. Selama ini aku telah mencari-cari kamu ke mana-mana. Kembalilah kepadaku, ya Dik. Aku janji, tidak akan berpoligami lagi. Hatiku utuh sepenuhnya semata untuk dirimu,” rayuan maut Genderewo muncrat, luber ke mana-mana. Persis, lirik lagu grup-grup band kita saat ini; genre lagu bunuh diri!

“Kamu ini sesungguhnya apa, Kuntilili Duraring sayangku?” tanya Pak Dewan yang telah menyatakan bertobat.

Beberapa jenak Kuntilili Duraring hanya mampu bungkam seribu bahasa. Segala kesenangan selama berkarier sebagai model berseliweran di tampuk matanya. Tak ubahnya slide-slide film yang terpapar, sungguh nikmat, sungguh menyenangkan.

Namun, tidak, ini memang bukan alamiah. Bukan kodratku, pikirnya. Suatu kesadaran itu, sesuatu yang tumbuh sejak dirinya menjadi mualaf itu, seketika menghunjam telak hatinya. Perlahan ia menghampiri Pak Dewan. Perlahan pula, ia menunduk dan mendekatkan kepalanya ke tangan lelaki itu.

Kemudian Kuntilili Duraring bersuara dengan lembut: “Kita berbeda alam, tak mungkin bisa bersatu. Sekarang, biarkan aku pulang ke tempat asalku. Mohon, cabutlah paku di kepalaku ini.”

Gemetar jari-jemari lelaki itu mencabut paku di ubun-ubun Kuntilili Duraring. Seketika fenomena alam terjadi. Bumi gonjang-ganjing, badai bergemuruh di kejauhan, hujan mendadak turun dengan dahsyatnya, petir pun sabung-menyabung begitu paku itu tercerabut. Blaaaas!


@@@



0 Komentar

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama